Liputan Khusus Tribun Lampung
Warga Pesisir Teluk Bandar Lampung Bangun Rumah di Atas Timbunan Sampah
Sampah tersebut sengaja ditimbun untuk dijadikan daratan atau reklamasi, yang selanjutnya menjadi permukiman.
Penulis: Noval Andriansyah | Editor: Ridwan Hardiansyah
Di sisi kiri kanan jalan, banyak gang yang memiliki lebar sekitar satu meter.
Sebagian gang telah berlapis paving block, sisanya masih berupa tanah.
Dari batas laut hingga sekira 50 meter ke arah darat, rumah-rumah masih semipermanen, yang berbahan kayu.
Selepas 50 meter, rumah-rumah sudah dibuat permanen.
3.000 Ton Sampah
Direktur Eksekutif Mitra Bentala, Mashabi menjelaskan, kegiatan reklamasi berbahan utama sampah tak hanya terjadi di Panjang Selatan.
Mayoritas masyarakat di kawasan pesisir Teluk Bandar Lampung telah melakukan reklamasi serupa.
Mitra Bentala, lanjut Mashabi, memperkirakan jumlah sampah di pesisir Teluk Bandar Lampung mencapai lebih dari 3.000 ton.
Hal itu merupakan estimasi penghitungan berdasarkan kegiatan bersih sampah pesisir, yang pernah dilakukan Mitra Bentala beberapa tahun lalu.
"Saya lupa tahun pastinya kegiatan itu, tapi belum sampai 10 tahun. Waktu itu, kami membersihkan sampah di pesisir. Dalam sehari, kami mengangkut 200 karung. Satu karung isinya 50 kg sampah," ungkap Mashabi.
Maka dalam satu hari tersebut, ada 10 ton sampah yang diangkut dari pesisir Teluk Bandar Lampung.
Mashabi mengungkapkan, kegiatan pengangkutan sampah dilakukan setiap hari selama 10 bulan atau 300 hari.
Sehingga, total sampah yang diangkut mencapai 3.000 ton.
"Itu pun belum habis sampahnya," ucap Mashabi.
Sampah-sampah tersebut, Mashabi menjelaskan, telah mencemari sekitar 75 persen kawasan pesisir Teluk Bandar Lampung.