Setelah Lengser sebagai Presiden, Soeharto Pernah Bilang Biar Merah Saja
Maliki Mift mengungkap kehidupan Soeharto setelah lengser dari jabatannya sebagai Presiden kedua RI pada 21 Mei 1998.
Panglima ABRI ketika itu bahkan tidak tahu bahwa presiden sedang berkeliling dengan pengamanan seadanya ke Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.
Saat itu, Indonesia memasuki tahap Pelita II.
Soeharto merasa harus turun langsung memantau pelaksanaan program-program pemerintah.
Dengan melakukan perjalanan rahasia, Soeharto bisa melihat kondisi desa apa adanya, dan mendapat masukan langsung dari masyarakat.
“Kami tidak pernah makan di restoran, menginap di rumah kepala desa atau rumah-rumah penduduk. Untuk urusan logistik, selain membawa beras dari Jakarta, Ibu Tien membekali sambal teri dan kering tempe. Benar-benar prihatin saat itu,” tutur Try.
Meski perjalanan itu berusaha ditutup rapat, kedatangan presiden ke suatu desa akhirnya bocor ke telinga pejabat setempat.
Para pejabat daerah pun geger dan memarahi Try Sutrisno karena merasa tidak diberi kesempatan untuk menyambut presiden.
Try tidak bisa berbuat banyak karena perjalanan itu adalah kemauan Soeharto.
Try yang kemudian menjadi Wakil Presiden pun melihat Soeharto begitu menikmati perjalanan keluar masuk desa.
Semua hal yang ditemui di lapangan dicatat sosok itu, untuk jadi bahan dalam rapat kabinet.
Sangking menikmatinya perjalanan itu, Soeharto tidak protes ataupun marah saat ajudannya salah mengambil jalan, hingga akhirnya tersasar.
Padahal, Soeharto mengetahui betul seluk beluk wilayah itu.
Dalam ingatan Try, Soeharto ketika itu hanya tersenyum.
Perjalanan rahasia itu pun berakhir di Istana Cipanas, dengan kondisi rombongan yang kelelahan.
Try mengungkapkan, Soeharto mempersilakan para pembantunya untuk makan terlebih dulu daripada dirinya. (tribunjogja)
--> Jangan lupa subscribe Channel YouTube Tribun Lampung News Video