Tribun Bandar Lampung

Serius Berantas Pungli, Selama Sebulan Polda Lampung Sudah Amankan 12 Oknum Polisi Lakukan Pungli

Polda Lampung menggencarkan operasi penertiban oknum polisi yang melakukan pungutan liar (pungli).

Editor: Teguh Prasetyo
Screenshot Video YouTube
Dua oknum polantas Polres Mesuji tampak menghentikan laju truk di kawasan Simpang Brabasan, Mesuji. Pada screenshot video YouTube ini, keduanya terindikasi melakukan pungli terhadap sopir truk. 

Oknum jajaran Polda Lampung itu coba "bermain" saat penerimaan anggota Polri.

"Jadi, oknum tersebut bukan panitia namun menjanjikan kelulusan (untuk peserta seleksi Polri) jika diberi sejumlah uang. Rekomendasi sidang kode etik melakukan PTDH," katanya.

Bidang Propam pun berharap adanya perbaikan dari kinerja oknum polisi yang diamankan. "Kalau bisa kami perbaiki, ya diperbaiki. Tapi kalau memang sudah sifatnya, ya enggak ada ampun. Karena, satu polisi itu mahal sekali," kata Hendra.

Data yang dihimpun Tribun, selama Januari hingga Oktober 2018, Propam Polda Lampung sudah membongkar 5 kasus pungli yang melibatkan 20 oknum.

Sementara pada 2017, setidaknya ada dua kasus dengan melibatkan lima oknum. Adapun 2016 lalu tercatat 12 kasus yang berhasil terungkap dengan 28 oknum.

Terpisah, Kasatlantas Polres Tanggamus, AKP Dade Suhaeri, mengaku telah menginstruksikan anggotanya untuk tidak melakukan pungutan pelayanan SIM di luar PNBP.

Jika masih ada anggota yang melanggar, maka akan diberikan sanksi berupa pencopotan dari satker sebelumnya.

"Masyarakat pemohon SIM sebaiknya datang langsung ke Satpas, jangan melalui calo," ujar Dade.

Baca: Propam Polda Amankan 9 Polisi Terduga Pungli, Wakapolda Brigjen Angesta Beri Perintah Begini

Di Jalinbar Rp 10 Ribu per Kendaraan 

Sopir truk kerap menjadi sasaran pungutan liar. Ada yang dilakukan oknum polisi, namun banyak pula dilakukan oleh preman.

Di Tanggamus, pelaku pungli adalah preman-preman setempat.

Titik rawan pungli terdapat di Jalan Lintas Barat (Jalinbar) ruas Pekon Belu, Kota Agung Barat, lalu Pekon Bandar Sukabumi, Pekon Sanggi, Kecamatan Bandar Negeri Semong, dan Pasar Sri Kuncoro, Kecamatan Semaka.

Pungli yang dilakukan preman ini bermodus jasa pengamanan. Sasarannya adalah sopir-sopir truk dan pikap.

Waktunya bervariasi. Terkadang pagi sampai siang, lalu malam hari, dan terkadang para sopir bebas melintas tanpa kena pungli.

Upaya penanggulangan dari Polres Tanggamus dan Brimob sudah dilakukan pada Februari lalu, dengan membongkar pos-pos yang dijadikan dalih berikan jasa keamanan.

Namun, meski pos sudah dibubarkan, masih saja ada oknum yang meminta uang kepada para sopir.

Seorang sopir mobil pikap yang mengaku bernama Wanto, menuturkan, biasanya para preman minta Rp 2.000 sampai Rp 10.000 per kendaraan. Ada yang meminta dengan cara memaksa, tapi ada pula yang minta uang sekadar iseng.

"Sopir-sopir sekarang ada yang ngasih ada yang tidak. Tapi, biasanya kalau sopir yang jauh akan ngasih, mungkin karena takut. Kalau saya, selagi mereka (preman) tidak memaksa tidak memberi," ujar Wanto, akhir pekan lalu.

Menurut Kasatreskrim Polres Tanggamus, AKP Devi Sujana, pascapembongkaran pos jasa keamanan, pihaknya masih terus memantau para preman yang melakukan pungli tersebut.

"Kami minta keterlibatan pihak terkait juga, seperti aparat pekon, kecamatan, organisasi pemuda di pekon, pemerintah agar sama-sama memperingatkan pelaku pungli. Dari kepolisian sudah membongkar pos, lakukan penangkapan para pelaku pungli," jelas Devi.

Ia menegaskan bakal menindak pelaku pungli yang meresahkan pengguna jalan.

Kepolisian pun mengimbau para sopir untuk tidak memberikan uang pada para preman.

"Karena, terkadang warga cuma duduk-duduk lalu dilempari uang. Itu jadi pemicu mereka untuk minta uang setelahnya," tambah Devi.

Baca: Lagi, Oknum Polisi Diduga Pungli Sopir Truk di Pelabuhan Bakauheni

Mulai Berkurang

Sementara itu, para sopir truk yang melintasi Jalinsum dan Jalinpatim, mengaku sudah terbiasa kena pungli di jalanan. Namun, para sopir mengakui dua tahun terakhir aksi pungli cenderung menurun.

Hutabarat, seorang sopir truk angkutan barang lintas pulau asal Sumatera Utara, menyebutkan, aksi pungli sudah jauh berkurang jika dibandingkan dua tahun sebelumnya.

Tetapi, ia tidak memungkiri masih adanya pungli di Jalinsum dan Jalinpatim.

"Kalau marak memang tidak. Sudah tidak seperti dulu. Sudah berkurang jauh, tapi masih ada," kata Hutabarat, akhir pekan lalu.

Menurut pria 45 tahun itu, pelaku pungli bukan hanya preman. Masih ada juga petugas, baik dari kepolisian maupun dinas perhubungan, yang meminta uang dari para sopir.

"Kalau di Lampung, di sepanjang Jalinpatim masih kadang-kadang ada. Termasuk di sini juga ada (di wilayah Lampung Selatan)," kata dia.

Hal serupa diakui Jono, sopir truk tronton lintas pulau. Menurut pria asal Kendal, Jawa Tengah, itu, sejak setahun terakhir aksi pungli di jalanan sudah jauh berkurang.

Tetapi, pungli di jalanan tetap ada. Pelaku pungli biasanya memanfaatkan kondisi jalan dan muatan barang.

"Biasanya malam hari, masih ada preman yang suka meminta. Tapi, gak banyak, palingan 1 atau 2 titik saja. Kalau petugas biasanya mengincar kendaraan yang terlihat kelebihan muatan," ujar Jono.

Tribun coba menelusuri Jalinsum dan Jalinpatim.

Sepanjang Jalinpatim mulai dari perbatasan Lampung Selatan-Lampung Timur hingga Bakauheni relatif lancar.

Tidak terlihat adanya cegatan-cegatan terhadap para sopir truk angkutan barang.

Begitu juga di sepanjang Jalinsum mulai dari Bakauheni hingga Kota Dalam, di Sidomulyo. Juga tidak lagi terlihat adanya cegatan-cegatan yang meminta uang pada para sopir truk. (*)

---> Jangan lupa subscribe Channel YouTube Tribun Lampung News Video

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved