Tribun Lampung Selatan

Jadi Magnet Wisatawan, Gunung Anak Krakatau Didorong Jadi Taman Wisata

Arief menambahkan, jika berbicara pengembangan pariwisata, memang Gunung Anak Krakatau termasuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).

Penulis: Noval Andriansyah | Editor: Daniel Tri Hardanto
Tribun Lampung/Dedi Sutomo
Aktivitas Gunung Anak Krakatau pada September 2012 silam. 

Laporan Reporter Tribun Lampung Noval Andriansyah

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Kabid Pengembangan Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata Lampung Arief Nugroho mengungkapkan, saat ini status Gunung Anak Krakatau (GAK) adalah cagar alam.

Meski demikian, kata Arief, dalam beberapa kesempatan ada dorongan dari berbagai pihak agar sebagian kawasan Gunung Anak Krakatau dijadikan taman wisata alam (TWA).

“Jadi sebagian dari cagar alam, terutama di gunungnya, itu direkomendasikan menjadi TWA,” ujar Arief, Minggu, 7 Oktober 2018.

Arief menambahkan, jika berbicara pengembangan pariwisata, memang Gunung Anak Krakatau termasuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).

Cuma, terus Arief, memang pengembangannya hanya di daerah penyangganya saja seperti Pulau Sebesi.

“Terkait dengan fenomena Gunung Anak Krakatau sendiri itu memang magnetnya. Tetapi fokus pengembangan kami lebih ke sekitarnya. Pulau Sebesi, Kalianda dan daerah sekitarnya,” papar Arief.

Fenomena lava pijar yang saat ini terus dikeluarkan oleh Gunung Anak Krakatau, Arief mengatakan, tidak ada masalah bagi wisatawan jika ingin datang menikmati pemandangan tersebut.

Baca: Bukannya Takut, Wisatawan Malah ”Nikmati” Pemandangan Menakjubkan Lava Pijar Gunung Anak Krakatau

Asalkan, mengikuti aturan yang sudah ditetapkan pihak-pihak terkait.

“Kalau tidak salah kan batas amannya radius dua kilometer dari puncak Gunung Anak Krakatau. Artinya, jika menikmati pemandangan dari Sebesi, misalnya, itu masih masuk radius aman,” papar Arief.

Terkait jumlah wisatawan yang datang, Arief mengaku belum mengetahui pasti.

Karena, pihaknya belum mendapatkan informasi, baik dari Dinas Pariwisata Lampung Selatan maupun BKSDA.

“Saya belum tahu berapa jumlahnya,” ucap Arief.

Peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) dalam tiga bulan terakhir menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian wisatawan.

Aktivitas lava pijar Gunung Anak Krakatau pada sore hingga menjelang malam menjadi momen indah yang ingin dinikmati wisatawan.

Karenanya, cukup banyak wisatawan yang tetap mendatangi Gunung Anak Krakatau dari radius zona aman untuk bisa menikmati momen indah tersebut.

Baca: Aktivitas Letusan Gunung Anak Krakatau Justru Kurangi Potensi Dampak Lebih Besar

Umar, salah seorang penggiat wisata di Pulau Sebesi, mengatakan, peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini tetap menarik minat wisatawan untuk dapat melihatnya dari dekat.

“Secara jumlah memang ada penurunan. Tapi, wisatawan tetap ingin melihat dari dekat aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini,” kata Umar, Minggu, 7 Oktober 2018.

Lebih lanjut Umar mengatakan, momen favorit dari para wisatawan yakni kala sore menjelang malam.

Karena semburan lava pijar Gunung Anak Krakatau terlihat jelas dengan menghiasi langit yang temaram.

Wisatawan yang datang, lanjutnya, lebih banyak dari Pulau Jawa, khususnya Jakarta.

Bahkan, ada juga wisatawan mancanegara.

Tapi, tidak banyak trip traveler yang tetap membuka jalu menuju kawasan Gunung Anak Krakatau.

Karena khawatir dengan peningkatan aktivitas GAK.

Umar sendiri membawa para wisatawan pada zona aman di sekitar Pulau Panjang yang berjarak sekitar 3-4 kilometer dari Gunung Anak Krakatau.

“Yang cukup rame pada bulan Agustus sampai September lalu. Cukup banyak pengunjung yang ingin melihat aktivitas Gunung Anak Krakatau dari dekat,” ujar Umar.

Baca: Terus Menggeliat, Gunung Anak Krakatau Meletus 407 Kali

Aktivitas kegempaan Gunung Anak Krakatau hingga terjadi letusan sebanyak 407 kali tidak perlu dikhawatirkan.

Warga hanya diminta untuk tetap waspada.

Kasi Data dan Informasi BMKG Lampung Rudi Harianto menuturkan, aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Lampung Selatan itu malah mengurangi potensi dampak yang besar.

"Penjelasan dari PVMBG dengan letusan yang terus-menerus malah mengurangi potensi terjadi potensi dampak yang terjadi lebih besar," ungkapnya, Minggu, 7 Oktober 2018.

Rudi menjelaskan, dampak letusan besar Gunung Krakatau terjadi 400 tahun lalu yang mana tidak beraktivitas selama 200 tahun.

Namun, setelah tertahan selama 200 tahun, itulah terjadi sebuah ledakan besar yang berimbas besar hingga terjadi tsunami.

"Tapi adanya letusan tiap hari dengan larva yang dikeluarkan itu energi yang dikeluarkan itu kalau dari dampaknya tidak berpotensi bencana," sebutnya.

Rudi pun mengimbau masyarakat, khususnya yang berdekatan dengan Gunung Anak Krakatau, tidak khawatir.

"Tidak perlu khawatir. Tapi, tetap waspada terhadap potensi bencana yang timbul," tandasnya.

Baca: Gunung Anak Krakatau Semburkan Asap Kawah Berwarna Hitam

Melalui rilis BMKG, Badan Geologi, PVMBG Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau menetapkan GAK dalam status waspada, sehingga tidak memperbolehkan warga mendekati hingga radius 2 kilometer.

Dalam laporan Staf Kementerian ESDM, Badan Geologi, PVMBG Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau Jumono menjelaskan bahwa pada 6 Oktober 2018 pukul 00.00-24.00 WIB menunjukkan visual gunung kabut 0-III asap kawah tidak teramati.

Sedangkan dari CCTV sinar api dan lontaran lava pijar, terdengar suara dentuman dan getaran kaca yang dirasakan lemah-kuat di Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau. 

Dari data yang tercatat, kegempaan letusan sebanyak 407 kali, dengan amplitudo 30-50 mm, dan durasi 37-300 detik.

Kabid Kesiapsiagaan BPBD Kota Bandar Lampung M Rizki memberitahukan kepada masyarakat, khususnya warga Bandar Lampung yang tinggal di sepanjang pesisir pantai, untuk tidak mudah terhasut dan percaya dengan kabar yang belum pastinya.

"Khususnya akan timbulnya bencana alam. Untuk kebenarannya, masyarakat dapat menanyakan tentang kebencanaan melalui BPBD Kota Bandar Lampung di nomor telepon 0721252741. Tentang status bencana atau perintah evakuasi bagi masyarakat akan disampaikan langsung oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung melalui BPBD atau Humas Kota Bandar Lampung," tandasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved