Longsor di Lampung Barat
Polisi Rekayasa Jalur Liwa-Krui dengan Sistem Buka Tutup Akibat Longsor 5 Titik
Bencana longsor akibat curah hujan tinggi sempat membuat jalur Liwa (Lampung Barat)-Krui (Pesisir Barat) lumpuh, Jumat (24/1) sore hingga Sabtu (25/1)
"Sejauh ini kami masih melakukan evakuasi. Titik terparah longsor ada di Pal 15, di mana material longsor mencapai 50-100 meter," ujarnya saat meninjau lokasi longsor, Sabtu pagi. "Dilihat dari besarnya volume material longsor, proses evakuasi kami prediksi berlangsung empat sampai lima hari. Setelah itu, jalur antarkabupaten ini akan terbuka (dua jalur)," lanjutnya.
Dua Ekskavator
Setidaknya dua unit alat berat, yakni ekskavator, diturunkan ke jalur Liwa-Krui untuk proses evakuasi material longsor. Satu unit ekskavator di antaranya dari Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Lampung.
Laporan kepala Satuan Polairud Lambar menyebutkan evakuasi material longsor dengan ekskavator antara lain dilakukan di Pal 21 pada pukul 08.30 WIB.
Hingga Sabtu sore, sebagian material longsor telah dievakuasi menggunakan ekskavator. Jalur Liwa-Krui pun mulai bisa digunakan dengan sistem buka tutup di satu jalur.
Sementara jaringan komunikasi menjadi kendala untuk menyampaikan informasi terbaru mengenai kondisi di lokasi longsor. Seorang petugas di lokasi longsor mengeluhkan susahnya sinyal ponsel.
"Susah sinyal. Kami harus cari tempat yang ada sinyalnya untuk menyampaikan informasi terbaru," katanya.
Waspada Sepekan Ini
Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan setiap pihak mewaspadai potensi hujan lebat disertai kilat dan petir setidaknya sampai 29 Januari. Masyarakat diimbau berhati-hati terhadap dampak yang bisa ditimbulkan. Seperti banjir, angin kencang, pohon tumbang, jalan licin, termasuk tanah longsor.
"Secara umum, puncak musim penghujan hingga akhir Februari 2020. Untuk Lampung Barat, waspada hingga sepekan ke depan," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Lampung Rudi Hariyanto, Sabtu.
Ia menjelaskan sirkulasi siklonik di sekitar Samudera Hindia yang diprakirakan terbentuk antara 24-26 Januari menyebabkan terjadinya pola konvergensi. Serta, terjadinya belokan angin di wilayah Indonesia bagian barat.
Selain itu, labilnya kondisi atmosfer Indonesia menyebabkan massa udara yang lembab dari lapisan bawah cukup mudah terangkat ke atmosfer. Dua faktor inilah yang menyebabkan peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat.
Senada, BPBD Lambar mengimbau masyarakat waspada dengan cuaca ekstrem. "Masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan, mengingat cuaca beberapa hari terakhir cukup ekstrem," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Lambar Hidayatullah, Sabtu.
Ia mengungkapkan hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang berpotensi terjadi di sejumlah kawasan di Lambar. Antara lain di Kecamatan Balik Bukit, Suoh, Bandar Negeri Semong, Batu Brak, Way Tenong, Sumber Jaya, Sekincau, dan Belalau.
"Kami mengimbau masyarakat, terutama pengguna jalan, agar meningkatkan kewaspadaan. Curah hujan yang tinggi bisa mengakibatkan bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan lainnya," kata Hidayatullah.
Dengan curah hujan yang semakin tinggi, pihaknya juga meminta kesiapsiagaan para satuan tugas (satgas) penanggulangan bencana di tingkat pekon maupun kecamatan.
"Satgas-satgas tingkat pekon maupun kecamatan bisa mengarahkan masyarakat agar berhati-hati dan bersiaga," tandas Hidayatullah. (Tribunlampung.co.id/Ade Irawan)