Sayembara Sepi, Upaya Penyelamatan Buaya Berkalung Ban Tak Membuahkan Hasil, BKSDA Gunakan Tombak
Makanya sayembara itu kami buat. Barang siapa yang mampu mengeluarkan ban dari leher buaya itu akan mendapat hadiah yang setimpal.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Buaya berkalung ban di Palu terus menyita perhatian warga. Sejak 2016, Dinas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah telah mencoba menyelamatkan dan melepaskan ban dari leher buaya tersebut.
Beberapa usaha di antaranya dengan jala yang diberi pemberat dan menggunakan kerangkeng. Namun, upaya itu tak berhasil.
Bahkan, Panji petualang pernah mencoba menangkap dan melepaskan kalung ban dari buaya tersebut. Sayang, upaya itu juga gagal dilakukan.
Setelah upaya sayembara gagal, BKSDA memutuskan membentuk satgas yang di dalamnya terdiri dari Polisi Air dan Udara (Polairud) Polda Sulawesi Tengah serta tim dari KKH Jakarta.
Satgas ini dibentuk untuk melepaskan ban yang ada di leher buaya.
• Nasib Buaya yang Lehernya Terjerat Ban Sejak Tahun 2016
• Bermodal Batu Seorang Ayah Mencoba Selamatkan Tubuh Anaknya dari Mulut Buaya, Akhirnya Tragis
• Diduga Dimakan 5 Buaya, Wanita Tewas dengan Tubuh Tercabik di Sulawesi
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Pangi BKSDA Sulawesi Tengah Haruna sekaligus Ketua Satgas mengatakan, upaya melepaskan ban di leher buaya tidak akan menggunakan tembakan bius. "Kami menggunakan harpun (sejenis tombak).
Cuma kendala ombak besar dan buayanya timbul tenggelam, berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, sehingga menyulitkan teman-teman menggunakan alat itu," kata Haruna. Harpun yang digunakan BKSDA dibuat lebih aman dan tidak mematikan. Alat itu lebih aman ketimbang tembakan bius.
Bius lebih berisiko karena ketika terkena tembakan bius, buaya akan kaget dan masuk ke dalam air.
"Kalau sudah masuk ke dalam air, tim kita akan mengalami kesulitan untuk mengambil buaya berkalung ban, karena banyak juga buaya lain di sungai Palu itu. Dan dipastikan buaya berkalung ban bisa mati," kata Rino, salah satu tim Satgas buaya berkalung ban, Jumat (7/2/2020).
Pada 2020 ini, BKSDA kemudian mengeluarkan sayembara untuk melepaskan ban di leher buaya.
"Makanya sayembara itu kami buat. Barang siapa yang mampu mengeluarkan ban dari leher buaya itu akan mendapat hadiah yang setimpal.
Tapi tidak ada DP, cash. Begitu keluar langsung bayar dengan mendapatkan penghargaan dari BKSDA," kata Kepala BKSDA Hasmuni Hasmar kepada wartawan, belum lama ini.
Hasmuni tak menyebutkan berapa dana yang disiapkan untuk sayembara itu. Namun, sayembara itu akhirnya dihentikan karena sepi peminat.
Populasi Pasca-bencana alam, BKSDA belum mendata kembali soal populasi buaya yang ada di sungai Palu.