Kasus Corona di Lampung

AJI Bandar Lampung Imbau Warga Tak Latah Sebar Informasi yang Belum Valid

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung meminta warga tidak turut menyebarkan info maupun data terkait virus corona.

Penulis: Vincensius Soma Ferrer | Editor: Noval Andriansyah
Istimewa
Ilustrasi - Ketua AJI Bandar Lampung Hendri Sihaloho (kiri). AJI Bandar Lampung Imbau Warga Tak Latah Sebar Informasi yang Belum Valid. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung meminta warga tidak turut menyebarkan info maupun data terkait virus corona.

Hal tersebut disebabkan informasi dan data yang belum tentu valid semakin menambah kecemasan publik, terlebih di tengah kekhawatiran massal ihwal bahaya pandemi virus corona.

Dalam siaran pers yang diterima Tribunlampung.co.id, Ketua AJI Bandar Lampung Hendry Sihaloho mengatakan, belakangan ini marak beredar informasi yang berhubungan dengan infeksi virus corona (Covid-19).

"Penyebar informasi yang penyebarnya belum mengetahui kebenaran soal informasinya ini kami sebut misinformasi,” kata Hendry, Senin (23/3/2020).

Kolaborasi dengan IJTI, AJI Bandar Lampung Gelar Diskusi Publik Kebebasan Pers Diujung Tanduk?

Besok AJI Bandar Lampung Gelar Diskusi Publik, Ketua AJI: Tahun 2020 Adalah Tantangan Bagi Pers

DPRD Minta Pemkab Anggarkan Dana dan Beri Peralatan Fasilitas Medis

Anggota Polda Lampung Bawa Speaker Keliling Jalan Protokol Bandar Lampung Sampaikan Maklumat Kapolri

Bahkan, Minggu (22/3/2020), sempat tersiar gambar berisi data wilayah yang disebut zona rawan pandemi virus Corona di beberapa wilayah Kota Bandar Lampung.

“Tak sedikit yang percaya dengan data itu, lalu latah menyebarkan. Warga yang dilanda kecemasan soal virus corona pun semakin bertambah khawatir."

Dia melanjutkan, gambar berisi data zona rawan yang beredar di masyarakat tidak utuh.

"Artinya, si penyebar mempunyai niat tak baik," kata Hendry.

Sebab, lanjut Hendry, data yang tidak utuh akan membuat publik berasumsi bahwa hal ini berhubungan dengan virus corona.

“Dalam gambar yang utuh terdapat keterangan bahwa wilayah-wilayah dimaksud merupakan tempat yang dilalui para sales. Mereka diminta untuk selalu memakai masker dan pakai hand sanitizer bila berkunjung ke toko-toko di kawasan tersebut. Selain itu, dalam gambar utuh tertera ‘bukan untuk konsumsi publik’,” ujarnya.

Menurut Hendry, penyebaran data yang bermaksud membuat masyarakat khawatir berlawanan dengan upaya-upaya penanggulangan krisis corona di Indonesia.

Seyogianya setiap elemen masyarakat turut mendukung penanggulangan krisis.

Sehingga, pandemi yang berdampak terhadap kehidupan sosial ini segera berakhir.

Dia juga mengimbau masyarakat tidak latah menyebarkan bila menerima kabar/info, terlebih data pribadi pasien Corona dan keluarganya.

Sebab, pasien dan keluarganya bisa mendapat stigma sosial.

Masyarakat sebaiknya melindungi dan menghormati privasi pasien dan keluarganya.

“Selain itu, kami mengimbau masyarakat tidak panik. Tak perlu memborong habis masker, hand sanitizer, serta menimbun bahan pokok. Bila Anda membeli ludes masker dan hand sanitizer, maka orang lain berpotensi terpapar virus corona. Jika terpapar berarti tidak memutus rantai penyebaran virus kan. Artinya, perlu kesadaran kolektif melawan virus corona,” kata dia.

Hendry pun meminta pemerintah turut menekan hoax maupun misinformasi seputar corona.

Misalnya, langsung merespons begitu menerima atau mengetahui kabar tak benar soal corona di masyarakat.

Jangan lagi bersikap pasif, seperti menunggu dihubungi jurnalis.

“Pemerintah juga tak cukup membangun narasi ‘Kami serius dan siap’; ‘Masyarakat tetap tenang’, tapi bahan pokok di pasaran sulit diperoleh dan naik. Ini kan indikasi bahwa masyarakat tidak tenang,” ujar Hendry.(Tribunlampung.co.id/V Soma Ferrer/rls)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved