Kasus Corona di Lampung
Kisah Tenaga Medis Lampung Bertugas dengan APD Minim, Ketakutan Tertular Virus Corona
Keterbatasan baju hazmat dan facefield membuat mereka harus mengenakan jas hujan sebagai APD saat bertugas.
Penulis: sulis setia markhamah | Editor: Reny Fitriani
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Tenaga medis merupakan garda terdepan dalam menangani pasien-pasien Corona maupun sekedar suspect.
Mereka tetap harus bekerja profesional meski menggunakan alat pelindung diri seadanya.
Tak sedikit tenaga medis dihantui kekhawatiran akan tertular Covid-19.
Seperti apa ceritanya?
Sejumlah tenaga medis terlihat memakai jas hujan di posko perbatasan Pesisir Barat.
• Kisah Anak Buruh di Lamteng Diterima Jalur Prestasi UGM, Tegar Tak Pernah Bergeser Jadi juara Kelas
• Kisah Petugas Memandikan Jenazah Pasien Corona di Lampung, Istri dan Anak Pilih Pulang ke Rumah Ortu
• Sisi Kelam Oknum Kades di Lampung, Jadi Anggota Komplotan Perampok Berpistol
• Lampung Tidak Terapkan PSBB, Gubernur Arinal: Tidak Menguntungkan
Keterbatasan baju hazmat dan facefield membuat mereka harus mengenakan jas hujan sebagai APD saat bertugas.
Salah satu perawat yang bertugas di perbatasan Pesibar dan juga tenaga medis di Puskesmas Karya Penggawa, Angga.
Ia terlihat mengenakan jas hujan bersama petugas medis lain.
Ia menuturkan, puskesmas sebenarnya memiliki baju hazmat namun hanya 3 potong.
Baju tersebut hanya akan dipakai dalam kondisi mendesak, seperti saat ada pasien diduga Corona berkunjung.
"Jadi tugas sehari-hari pakai jas hujan," ujarnya.
Jas hujan itu dipakainya setiap hari.
Setelah dipakai, jas hujan disemprot disinfektan, dijemur, kemudian besok dipakai lagi.
Guna melengkapi jas hujan, ia juga memakai masker,sarung tangan, face field.
Setiap hari Angga bertemu dengan banyak orang.
Namun sampai saat ini, menurutnya, ia belum menemukan orang yang dinyatakan ODP atau PDP.
Petugas medis lainnya di Pesisir Barat yang juga berprofesi sebagai perawat, Rudi mengatakan, untuk APD khususnya hazmat, pelindung wajah dan kacamata memang minim.
"Kita di lapangan hanya memakai jas hujan dan masker. Kita dapat APD dari dinas kesehatan tapi terbatas dan hanya kami siapkan jika sewaktu-waktu ada masyarakat yang memang sudah terindikasi Covid 19," ceritanya.
Bertugas di tengah keterbatasan yang ada Rudi mengaku khawatir tertular Covid-19.
"Dengan memakai APD yang seadanya kami akan riskan tertular virus Covid 19 ini. Kami memeriksa orang dalam perjalanan yang tidak tahu apakah sudah terjangkit apa belum," tuturnya.
Terlebih tak jarang banyak orang yang diperiksa berasal dari daerah terjangkit.
"Kami sangat berharap akan bantuan APD khususnya tenaga kesehatan yang ada di daerah yang saat ini sangat membutuhkan dan sangat kekurangan APD," tutur dia.
Rumi, perawat di Puskesmas Karya Penggawa menuturkan, setiap hari setelah bertugas harus langsung maNdi dan baju yang dipakai langsung dicuci.
"Benar-benar harus jaga diri agar tidak tertular. Juga memperbanyak asupan vitamin C dan E serta banyak minum air putih. Biar tetap fit di tengah pandemi," kata dia.
Di Puskesmas Kedaton Bandar Lampung, petugas medisnya sudah memakai baju hazmat, masker, sarung tangan, pelindung wajah.
Meski begitu, bekerja dengan pakaian tersebut setiap hari bukan hal mudah.
Ainun, petugas medis di puskesmas ini menceritakan, awalnya merasa tidak nyaman berpakaian seperti itu.
Terasa panas, meski berada di ruangan ber-AC.
Ia memakai baju hazmat sejak pukul 07.30 WIB sampai waktu salat zuhur.
Usai dipakai baju tersebut harus dicuci.
"Ada yang bagian nyuci sendiri, itupun direndamnya dua kali, sekali rendam 10 menit. Baju hazmatnya memang yang bisa dicuci," tambahnya.
Setelah terlepas dari APD, dirinya langsung mencuci tangan dengan sabun.
Bahkan perempuan yang bertugas sejak 2017 lalu di Puskesmas Kedaton ini, membawa baju ganti sehingga saat hendak pulang ke rumah mengganti pakaian terlebih dahulu dengan yang bersih.
"Jadi pulang ke rumah nggak pakai baju yang dari pagi. Sampai rumah ya langsung lepas lagi bajunya dan dicuci terus mandi," ceritanya.
Semenjak pandemi Corona, semua anggota keluarga di rumahnya kini tidur terpisah-pisah.
"Kami tidurnya pisah-pisah nggak ada satu kamar. Bapaknya tidur pisah, anak-anak juga. Mereka pada takut," tuturnya.
Anaknya bahkan sempat mengatakan hal yang membuatnya harus lebih menjaga diri.
"Anak saya bilang Mama ini virusnya bawa-bawa ke sini (rumah)," tuturnya.
Dia berharap kondisi ini cepat berlalu agar bisa berkumpul dengan keluarga secara normal tanpa harus dibatasi ruang geraknya.
Dia juga berharap stok handscoon dan masker yang mulai minim juga bisa tercukupi kembali.
Mengingat para tenaga medis sangat membutuhkan itu.
Kepala Puskesmas Kedaton Rini Alita menambahkan, penggunaan APD yang dilakukan di Puskesmas Kedaton ini tak lain untuk melindungi para tenaga medis dan mengurangi risiko tertular Covid-19 lewat pasien yang berkunjung.
Terkait hazmat, kebanyakan yang didapatkan adalah yang bisa dicuci ulang.
Namun saat ini pihaknya mulai kekurangan ketersediaan masker medis.
"Masker standar sudah susah dapatnya. Kalau hazmat banyak bantuan yang kami dapatkan," ungkap Rini.(Tribunlampung.co.id/sulis setia)