Tribun Bandar Lampung
Kisah Relawan Pembuka Jalan Ambulans di Lampung, Tulus Bantu Pasien Dapatkan Penanganan Darurat
Pemanduan dilakukan dengan membuat area ambulans dapat dilalui dengan lancar.
Penulis: Debby Rizky Susilo | Editor: Reny Fitriani
Laporan Reporter Tribun Lampung Debby Rizky
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Pemuda jangkung berperawakan sedang menggunakan baju merah lengkap dengan sarung tangan dan sepatu berbahan kulit ini adalah Ahmad Akbar, relawan pembuka jalan bagi kendaraan darurat seperti ambulans.
Saat bertemu dengan Tribunlampung.co.id, ia sedang melakukan tugasnya untuk stand by apabila terdapat ambulans yang membutuhkan pemanduan.
Pertemuan tersebut berada di Universitas Lampung yang tidak jauh dengan Sekretariat para relawan pemandu ambulans lainnya, Rabu (15/7/2020).
Akbar (22) menceritakan pengalamannya tak telupakannya saat melakukan pemanduan ambulan.
Pada saat sore yang masih terik, ia mendapatkan kabar akan ada ambulans ke arah Bandar Lampung rujukan dari rumah sakit di Bandar Jaya.
Ia dan kedua temannya bersiap, mengenakan helm, jaket, sarung tangan, celana panjang, dan sepatu boot.
• Kisah Shinta Rintis Bisnis Oleh Shinta, Mulai dari Nol hingga Dikenal sampai Luar Lampung
• Ibu dan Dua Bayinya di Bandar Lampung Terpapar Covid-19
• Remaja di Kotabumi Ditangkap Warga karena Jambret Ponsel
• Prakiraan Cuaca Lampung Hari Ini Kamis 16 Juli 2020
Bersiap kedatangan ambulans, ia melakukan penjagaan di Bundaran Hajimena.
Setelah ambulans datang langsung melakukan aksi pemanduan.
Pemanduan dilakukan dengan membuat area ambulans dapat dilalui dengan lancar dikarenakan ambulans membawa pasien sakit yang membutuhkan penanganan segera.
Suasana jalan saat itu padat karena bertepatan dengan jam pulang kerja dan anak sekolah.
Masih untung ia berhasil membuat jalan dapat dilalui oleh ambulans.
Gestur tangan dan bunyi-bunyian klakson ia lakukan untuk menginformasikan ada ambulans yang ingin melintas pada pengguna jalan lainnya.
Beberapa pengendara mengerti tujuannya, akan tetapi ada saja pengendara yang tak mau mengalah.
Akbar yang tinggal di Kedamaian, Bandar Lampung ini berusaha keras melakukan pemanduan sampai berkomunikasi langsung dengan pengendara tersebut.
Tak jarang ia mendapatkan perkataan kasar dari pengendara lain.
Namun Ia tetap gigih membantu ambulans menyusuri Jalan ZA Pagar Alam.
Tah hanya itu ia juga harus berurusan dengan petugas lalu lintas yang sedang mengatur kemacetan jalan.
Sempat beradu argumen akhirnya keduanya mengerti dan kembali melanjutan perjalanan hingga sampai di rumah sakit Abdoel Moeloek.
Hela napas lega Akbar hembuskan.
Ia merasakan kebermanfaatan dirinya berhasil membantu pasien untuk mendapatkan penanganan darurat.
“Kami berusaha untuk ambulans tetap melaju terkena macet, karena selama kami memandu kami juga merasakan menjadi keluarga pasien yang khawatir. Apalagi kalau pasien sampai rumah sakit dinyatakan meninggal dunia, ada lah rasa penyesalan kami. Terasa seperti sia-sia ketika itu terjadi," paparnya.
"Alhamdulilah ketika pasien masih dapat ditangani rasanya lega sekali dan terasa kebermanfaatan pemanduan ini,” ceritanya.
Kendala yang ditemui di jalan, Akbar sikapi dengan sabar dan tidak merasa emosi kepada pengendara lain yang membuatnya sampai dengan tujuan dengan lancar.
“Keamanan juga selalu kami perhatikan dengan melakukan safety riding ketika memandu. Perlengkapan keamanan berkendara lengkap juga kami gunakan. Untuk meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan kami juga tidak oernah melakukan kontak langsung dengan pengendara lainnya,” ujarnya.
Semua kegiatan pemanduan yang ia lakukan murni dari ketulusannya dengan tidak mengarapkan imbalan apapun.
Akbar menambahkan “berbuat tanpa berharap,” moto Akbar saat membantu ambulans melintas.
Akbar juga tergabung dalam perkumpulan relawan pemandu almbulans di Bandar Lampung yaitu Indonesia Escourting Ambulance (EIA) Lampung.
Koordinator wilayah Bandar Lampung EIA Lampung Wayan Supriyono mengatakan perkumpulan ini dilakukan untuk membantu pemanduan ambulans.
Hal ini terkit dengan pembukaan jalan dan mengingatkan kepada pengguna lain untuk peduli kepada kendaraan prioritas.
“Masyarakat apabila mendengar suara sirine apapun, berarti kendaraan prioritas yang harus dilakukan. Sehingga kesadaran berlalu lintas bagi masyarakat harus ditingkatkan. Karna kita kan tau dan paham apabila kendaraan prioritas seperti ambulans, membawa pasien yang membutuhkan penanganan segera," kata Supri (28).
Ia juga menambahkan pengawalan yang dilakukan IEA Lampung sudah mengupayakan keselamanan dan keamanan bagi anggota dan pengendara lain di jalan umum.
"Kami juga sudah berupaya melakukan kerjasama dengan pihak terkait di jalan seperti driver ambulans yang bersangkutan, berkoordinasi dengan Persatuan Unit Mobil Ambulance (PUMA) dan Persatuan Pengemudi Ambulance Indonesia di Lampung untuk kelancaran pemanduan ambulans. Selain yang bersifat pengawalan kami juga sudah berkoordinasi dengan BPBD, Gugus Tugas Penanganan Covid-19 dan pihak lainnya," tambah Supri. (Tribunlampung.co.id/Debby Rizky)