Kisah Polisi Ungkap Kematian Editor Metro TV Yodi Prabowo, Bagai Nonton Film CSI dan Criminal Minds
Polisi sampai pada dugaan kuat Yodi Prabowo bunuh diri, diperoleh dari serangkaian penyelidikan yang cukup panjang dan komprehensif.
Penulis: Andi Asmadi | Editor: Andi Asmadi
Namun, setelah memastikan sidik jari di pisau hanya milik Yodi, polisi lalu membuka kemungkinan lain, yakni bunuh diri tadi.
Maka, penyelidikan diperlebar, termasuk ke Ace Hardware di Rempoa, Tangerang Selatan.
Ditemukan fakta Yodi membeli pisau pada Selasa (7/7) siang hari sekitar pukul 14.00 WIB.
Polisi menemukan bukti rekaman CCTV saat Yodi membeli pisau. Baju yang dikenakan sama persis dengan baju yang dipakai saat ditemukan.
Fakta lain yang akhirnya semakin memperkuat dugaan Yodi bunuh diri adalah penyelidikan polisi terkait aktivitas Yodi sebelum ajal.
Transaksi keuangannya diperiksa.
Dari situ diketahui, beberapa hari sebelumnya, Yodi melakukan transaksi keuangan di RSCM.
Di sana, Yodi membayar biaya tes dan konsultasi di Poli Penyakit Kulit dan Kelamin RSCM. Ia disarankan dokter untuk menjalani tes HIV.
Di sinilah kemudian peran ahli psikolog forensik. Serangkaian fakta yang ada dianalisa kemudian disimpulkan bahwa Yodi mengalami depresi terkait dengan penyakit yang dideritanya.
Depresi itu yang menimbulkan dorongan untuk mengakhiri hidupnya.
Selesai? Belum. Polisi masih terus melanjutkan penyelidikan. Kali ini, urine Yodi diperiksa.
Hasilnya, Yodi positif menggunakan amphetamine atau dalam isitilah umum ekstasi.
Depresi yang melanda diduga mendorong Yodi untuk melarikan diri ke narkoba.
Dan, pengaruh narkoba itulah yang justru semakin mendorongnya untuk mengakhir hidup.
"Apa yang ada di pikiran pengguna narkoba tidak bisa dicerna dengan nalar orang normal. Itu ada dorongan negatif, ada halusinasi," kata Kombes Tubagus.( *)