Berita Nasional
Sering Dipukuli hingga Kepala Ditenggelamkan di Bak, Remaja Ini Ingin Sekolah
Korban mengalami kekerasan fisik dari dipukuli menggunakan tangan, sandal, kepalanya ditenggelamkan ke bak mandi
"Saya maunya perempuannya ini dipenjara juga, karena selama ini dia nyuruh keponakan saya buat kerja. Biar timbul efek jera dan enggak terjadi kasus kekerasan anak lainnya," kata Linda Sari dalam penuturannya seperti dikutip TribunnewsBogor.com dari Tribun Jakarta.

Ibu kandung Abdul, Narti (64) juga meminta jajaran Satreskrim Polrestro Jakarta Timur menetapkan Rohmah jadi tersangka kekerasan terhadap RPP.
Meski Abdul merupakan anak pertamanya, Narti mengaku tetap mendukung proses hukum yang menjerat Abdul.
Dia hanya berharap RPP yang merupakan cucu keduanya dapat melanjutkan pendidikan dan memiliki masa depan cerah.
"Dua-duanya harus dipenjara, jangan cuman satu doang. Kasihan cucu saya masih trauma, sering dianiaya. Biar saja dua itu (Abdul dan Rohmah) dipenjara," kata Narti.
Ingin Sekolah Lagi
RPP mengaku ingin bisa sekolah lagi seperti anak-anak lain sebayanya.
Linda Sari (29) mengatakan keponakannya berharap bisa belajar sebagaimana anak-anak sebayanya yang bernasib lebih mujur.
"Dia ngomong 'Aku ingin kayak orang-orang, bisa sekolah. Jadi aku enggak main terus di rumah' begitu," kata Linda menirukan ucapan RPP di Duren Sawit, Jakarta Timur, Sabtu (25/7/2020).
Meski dikenal termasuk anak yang pintar, pendidikan terkahir putri kandung Abdul itu terhenti di tingkat Pendidikan Usia Dini (PAUD).

RPP bisa belajar di PAUD pun bukan berkat Abdul, melainkan dibiayai sang nenek, Narti (64) yang merupakan ibu kandung Abdul.
"Dulu pas ibu saya (Narti) masih sehat didaftarkan di PAUD. Tapi semenjak ibu strok enggak sekolah lagi. Kalau ayahnya enggak ada usaha nyekolahin," ujarnya.
Linda menuturkan pihak Kelurahan Pondok Kopi sudah menawarkan bantuan agar RPP bisa melanjutkan pendidikan di Pesantran.
Namun RPP lebih berharap agar dia bisa melanjutkan pendidikan di SD agar bisa bersama keluarga besarnya yang masih warga Duren Sawit.
"Maunya sekolah biasa saja, biar masih bisa ketemu keluarga. Tapi Alhamdulillah banyak yang perhatian, kemarin Kak Seto datang ke sini juga, nemuin anaknya," tuturnya.