Tribun Bandar Lampung
Pedagang Bendera Musiman di Bandar Lampung Mengeluh Turun Omzet Akibat Pandemi
Namun tak seperti tahun sebelumnya, para penjual mengaku kesulitan untuk meraup keuntungan.
Penulis: joeviter muhammad | Editor: Reny Fitriani
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Pedagang bendera merah putih dan pernak pernik 17an mulai bermunculan sejak sepekan jelang dirgahayu HUT Republik Indonesia.
Sebagai pedagang musiman, mereka biasanya menjajakan bendera dan hiasan yang identik dengan HUT RI di sejumlah pinggiran jalan protokol kota Bandar Lampung.
Namun tak seperti tahun sebelumnya, para penjual mengaku kesulitan untuk meraup keuntungan.
Terlebih lagi di kondisi pandemi saat ini, larangan membuat acara atau keramaian menurunkan omzet yang biasa mereka kumpulkan.
• Pernikahan Unik di Depok, Pasangan Pengantin Jadikan Bendera Merah Putih sebagai Mas Kawin
• Tekan Penyebaran Corona, Satgas Covid-19 Bandar Lampung Patroli di Tempat Umum 14 Jam
• Cerita Pemenang Lomba Desain Kaway Plastik New Normal, Oca Sempat Sulit Satukan Tapis dengan Plastik
• BREAKING NEWS Tak Direstui, 2 Remaja Nekat Lakukan Persetubuhan, Orangtua Sang Gadis Lapor ke Polisi
Dikri (17) yang menggelar lapak di tepi Jalan Imam Bonjol, Langkapura, Bandar Lampung ini mengaku omzet turun sampai 50 persen dibandingkan tahun lalu.
"Masih ada yang beli. Tapi kalo dibandingkan tahun kemarin jelas turun, bisa sampe setengah nya," ujar Dikri, Rabu (12/8/2020).
Ia tak memungkiri faktor berkurangnya antusias masyarakat menyambut perayaan 17 Agustus terkait pandemi Covid-19.
Biasanya, kata Dikri, sebulan sebelum hari puncak dirgahayu RI sudah ada pihak baik swasta maupun negeri yang order pernak pernik tersebut.
"Sekarang kan katanya gak boleh bikin acara rama rame. Palingan yang beli ini kebanyakan bendera merah putih buat di pasang depan rumah," katanya.
Hal senada juga dialami pedagang bendera dan pernak pernik 17an lainnya. Dayat (38) yang menggelar lapak bendera di pinggir Jalan RA Kartini ini mengaku sulit menjual 10 bendera dalam sehari.
Padahal, tahun lalu bapak 3 anak ini bisa menjual paling sedikit 15 lembar bendera merah putih dan beberapa pernak pernik lainnya.
Beberapa bendera berbagai ukuran dan pernak pernik dijual dengan harga Rp 25 ribu - Rp 500 ribu.
"Sekarang ini paling banyak sehari jual 10 buah (item). Itu juga sudah termasuk hiasan lain kayak gantungan dan bendera kecil kecil," jelasnya.
Ia memperkirakan lesunya penjual bisa dirasakan sampai pada hari puncak perayaan HUT RI.
"Pokoknya beda dengan tahun tahun kemarin, sekarang yang beli satuan kalo dulu sekali beli bisa ambil banyak," ucapnya.(Tribunlampung.co.id/Muhammad Joviter)