Banyak Orangtua Keluhkan Belajar Daring, Ponsel dan Kuota Jadi Kendala Utama
Terkendala sarana prasarana, sejumlah pihak mengakui proses belajar daring alias online cukup merepotkan.
Di mana tidak semuanya mendukung dilakukannya belajar daring.
"Ponsel masyarakat ini kan ada yang bisa ada yang nggak untuk dipakai belajar daring. Belum lagi sinyal, belum lagi orangtua nggak selalu bisa belikan kuota," kata Anwar.
Menurutnya tak sedikit orangtua mengeluh untuk membelikan kuota.
Karena saat kuota masih ada anak gunakan untuk hal lain sehingga saat membutuhkan untuk mengirim tugas, meminta orangtua membeli kuota lagi.
"Belum lagi ikut beban mengajari anak. Padahal nggak semua kemampuan orangtua sampai ke situ (mengajari anak)," timpalnya.
Berharap Bantuan
Kendala sekolah daring ini juga turut menjadi pembahasan di Musyawarah Kerja Kepala Sekolah SMA di Lampung.
Ketua MKKS SMA Lampung Suharto membeberkan, pembelajaran jarak jauh melalui sistem daring di antaranya terkendala ketersediaan sarana prasarana jaringan internet.
"Belum keluhan orangtua terkait beban biaya kuota untuk pembelajaran daring," kata Suharto.
Pihak sekolah sendiri diakuinya sudah berusaha mengoptimalkan upaya untuk proses pembelajaran daring ini.
"Tidak semua orangtua punya ponsel memadai untuk anaknya yang mungkin tidak hanya satu orang," paparnya yang juga Kepala Sekolah di SMAN 9 Bandar Lampung ini.
Pihaknya berharap ada program dari pemerintah membantu anak-anak yang orangtuanya kurang mampu.
"Dari teman-teman di sekolah sendiri agar melakukan analisis dan identifikasi terkait anak yang orangtuanya betul-betul kurang mampu agar bisa dibantu," ujar dia.
Selain itu juga menurutnya harus ada kesadaran bersama karena kondisi Covid-19 ini adalah tantangan bersama.
Sementara dari Persatuan Guru Honor Murni (PGHM) Bandar Lampung berharap agar nasib para guru honor juga menjadi perhatian dengan keterbatasan gajinya ketika harus memberikan pembelajaran daring kepada siswanya.
"Pembelajaran daring butuh kuota, katanya bisa diambilkan uang BOS. Tapi kalau siswanya sedikit gimana mau bayar kuota, bayar guru saja susah," ungkap Ketua PGHM Bandar Lampung Tupan.
Belum lagi ketika tidak bisa melakukan pembelajaran daring, guru harus mendatangi siswa secara langsung dari rumah ke rumah. Tentu ada pengeluaran transportasi untuk itu.(tribunlampung.co.id/lis)