Tribun Lampung Selatan

Cerita Pengusaha Tusuk Sate di Lampung Selatan, Bangkit Setelah Sempat Kehilangan 78 Karyawan

Kepada Tribunlampung.co.id, Samadi mengatakan, usaha pembuatan tusuk sate yang sudah digelutinya sejak lama.

Penulis: Dedi Sutomo | Editor: Daniel Tri Hardanto
Dok Samadi
Dua pekerja sedang memelah bambu untuk dijadikan tusuk sate. 

Laporan Reporter Tribunlampung.co.id Dedi Sutomo

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, LAMPUNG SELATAN - Sempat menurun dampak dari pandemi Covid-19, perlahan namun pasti usaha pembuatan tusuk sate milik Samadi, warga Sidomulyo, Lampung Selatan, perlahan mulai kembali bangkit.

Pemesanan tusuk sate mulai meningkat dalam dua bulan terakhir.

Kepada Tribunlampung.co.id, Samadi mengatakan, usaha pembuatan tusuk sate yang sudah digelutinya sejak lama.

Ia sempat mengalami kondisi sulit dampak dari pandemi Covid-19.

Jika bisanya penjualan tusuk sate miliknya bisa mencapai 13 ton per bulan, saat awal pandemi Covid-19 beberapa bulan lalu, pemesanan turun hingga hanya sekira 1 ton per bulan.

“Sangat jauh turunnya. Saat sebelum pandemi kita kewalahan memenuhi permintaan tusuk sate. Karena permintaan bisa mencapai 20 ton per bulan. Begitu terjadi pandemi turun drastis pemesanan,” ujarnya kepada Tribunlampung.co.id, Kamis (22/10/2020).

Menurut Samadi, tusuk sate produksi miliknya telah menjangkau pasar tidak hanya di Provinsi Lampung, tetapi juga merambah hingga Bengkulu, Jambi dan Sumatera Selatan.

Tidak hanya pedagang sate, tetapi juga pedagang jajanan keliling, seperti sosis dan bakso bakar menjadi konsmen dari tusuk sate buatan usaha kerajinan miliknya.

“Begitu sekolah diliburkan, banyak pedagang jajan keliling yang biasanya ke sekolah juga libur. Jadi menurun permintaan untuk tusuk sate,” kata Samadi.

Dampak dari penurunan penjualan ini, ia harus merumahkan sebagian karyawan.

Ia memberdayakan para lansia dan ibu rumah tangga untuk membuat tusuk sate.

“Tadinya ada 80 orang yang kita berdayakan. Tetapi karena permintaan turun jauh, yang tetap bertahan hanya ada 2 orang,” ujar Samadi.

Banyak dari stok tusuk sate yang tidak terjual rusak karena lama tersimpan.

Bahkan ia sempat memusnahkan sekira 3 kuintal tusuk sate yang rusak.

Samadi selain memasok tusuk sate untuk distributor/pedagang juga melayani konsumen langsung para pedagang sate dan jajanan keliling yang menggunakan tusuk sate.

Biasanya untuk 1 bungkus tusuk sate dengan berat 1 kilogram dijual Rp 18.000.

Sejak dua bulan terakhir, permintaan untuk tusuk sate mulai kembali meningkat.

Ini setelah aktivitas ekonomi masyarakat perlahan mulai kembali menggeliat di masa new normal.

Untuk dua bulan terakhir, lanjutnya, pemesanan sudah mencapai 1,3 ton dan 2 ton.

Dia berharap kondisi pandemi Covid-19 dapat segera berakhir. Sehingga aktivitas ekonomi dan sekolah kembali normal seperti biasa. (Tribunlampung.co.id/Dedi Sutomo)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved