UMKM Lampung
Kuliner Lampung, Pecel Lele Sambal Dilan di Gisting Obat Lapar di Saat Malam
Pecel lele sambal dilan di Pekon Gisting Atas bukan terinsipirasi dari film Dilan. Namun kata dilan diambil dari bahasa Lampung yang artinya terasi.
Penulis: Tri Yulianto | Editor: Reny Fitriani
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, TANGGAMUS - Pecel lele sambal dilan di Pekon Gisting Atas bukan terinsipirasi dari judul film Dilan.
Namun kata dilan diambil dari bahasa Lampung yang artinya terasi.
Tempat kuliner yang ada di tepi jalan lintas barat (jalinbar) ruas Pekon Gisting Atas, Kecamatan Gisting ini memang mengandalkan sambal terasi.
Menurut Edi Kurniawan, pemilik usaha, dirinya sengaja memilih menu makanan sambal dan lauk saja.
Baca juga: Kuliner Lampung, Roll Stik Mamikeki di Rajabasa, Banyak Rasa Cuma Rp 15 ribu
Baca juga: Kuliner Lampung, Gurihnya Soes Cokelat Lumer ala Ian Galery, Cokelatnya Lumer Parah
Sebab bisa diterima berbagai kalangan, dari tingkat bawah sampai atas.
Sekaligus jadi ciri khas tempat kuliner yang berdiri sejak 1 Maret 2018 lalu dan kini melibatkan empat pekerja.
Edi mengaku, usahanya dilatari kebiasaan begadang dan sering lapar.
Akhirnya membuat sambal dan menggoreng ikan atau ayam untuk ganjal perut.
"Setelah dipikir-pikir, ada manfaatnya kalau begadang sambil buka tempat makan, tapi hanya dengan sambal, ikan dan lalapan saja," ujar Edi.
Menurutnya, sambal dilan atau terasi di tempatnya seimbang antara aroma terasi, dengan pedas dari cabainya.
Baca juga: Disdukcapil Tanggamus Akan Lakukan Perekaman Keliling e-KTP, Kejar Target Wajib KTP
Baca juga: Kasus Kematian Covid-19 di Tanggamus Bertambah 1 dari Talang Padang
Terus tidak terlalu banyak rampai biar sambal tidak terlalu mengandung air.
Sambal pun dibuat seketika saat ada pesanan.
Sehingga sambal masih segar.
Berbeda jika membuat sekaligus banyak lantas baru diambil saat ada pesanan.
"Kalau orang pecinta sambal bisa membedakan antara sambal baru dibuat dan sambal yang distok. Aromanya lebih kuat sambal yang baru dibuat," terang Edi.