Berita Lampung

Dituduh Rusak Tanaman, 2 Bocah di Lampung Selatan Dipaksa Makan Daun

Peristiwa dua bocah dipaksa makan daun sawit di Lampung Selatan akibat dituduh rusak tanaman.

Tribunlampung.co.id/Dominius Desmantri Barus
Paman dan bibi bocah dipaksa makan daun di Lampung Selatan menceritakan peristiwa memilukan yang masih mengganjal di hati mereka, Selasa (2/8/2022). 

Tribunlampung.co.id, Lampung Selatan- Dua bocah dipaksa makan daun di Lampung Selatan karena dituduh merusak tanaman sawit milik warga.

Dua bocah dipaksa makan daun sawit berinisial A (8) dan F (8)  warga Kecamatan Candipuro, Lampung Selatan.

Peristiwa dua bocah dipaksa makan daun sawit di Lampung Selatan terjadi pada 10 Juli 2022 lalu, atau pada saat Idul Adha (lebaran haji)

Kejadian bermula saat ketiga bocah A (8) dan F (8) bermain bersama di areal kebun sawit milik warga Desa Karyamulyasari, Kecamatan Candipuro, Lampung Selatan berinisial Kam (39).

Diduga anak-anak yang masih duduk di bangku kelas 1 SD tersebut merusak tanaman sawit yang baru ditanam.

Baca juga: Mahasiswa Asal Lampung Tengah Tewas Kecelakaan di Jalinsum Lampung Selatan

Baca juga: Hindari Motor, Bus Damri Terguling di Jati Agung Lampung Selatan

Dengan mencabut daun atau tunas yang masih muda.

Hal itu membuat pemiliknya, Kam tidak terima dengan perbuatan kedua bocah.

Alhasil, pemilik memaksa kedua bocah memakan daun sawit muda yang sudah dipetik mereka sebagai hukuman.

Namun, pemaksaan makan daun sawit tersebut dilakukan di depan kedua orang tua bocah yang mendengar informasi tersebut

"Begitu tiba di kebun sawit, keponakan saya sedang memakan daun," kata Suyati (46) bibi korban, Selasa (2/8/2022)

Bibi bocah Suyati saat itu ingin protes dengan perlakuan pemilik kebun.

Namun, dia tak berdaya karena keponakannya memang salah yaitu merusak tanaman sawit.

Baca juga: Polisi Amankan Belasan Pelat TNKB dari Penangkapan 3 Pencuri di Lampung Selatan

Baca juga: Mahasiswa Tewas Kecelakaan di Jalinsum Lampung Selatan, Tertabrak Truk Tangki BBM

"Mau protes tidak bisa, karena keponakan saya memang salah," ujarnya.

Kejadian yang dialami keponakannya tersebut sudah sekitar dua pekan silam.

Tapi peristiwa itu terus menghantuinya.

Hal itu membuat Suyati melaporkan kejadian ke aparatur desa setempat.

"Ini memang keponakan, tapi saya yang merawat dan menyekolahkannya," katanya

"Karena kedua orang tuanya merantau," katanya.

Suyati berharap ada keadilan terhadap pemilik kebun sawit yang dilakukan kepada keponakannya.

Karena sampai saat ini keponakannya masih trauma mengingat kejadian itu.

"Keponakan saya sampai sakit perut dan demam setelah itu," katanya.

"Entah karena makan daun atau ketakutan," ujarnya.

Hal senada diungkap paman korban Yamadi (49) yang mengatakan jika perbuatan yang dilakukan pemilik kebun sawit sama seperti hewan ternak, karena dipaksa makan daun.

"Sama saja seperti hewan ternak, dipaksa makan daun," ujarnya

Yamadi menegaskan hal itu tidak sepantasnya diberlakukan kepada anak-anak.

"Apabila ada kerusakan tanaman dan harus ganti rugi," katanya.

"Semestinya pemilik kebun menghubungi mereka selaku orang tua," ujarnya

"Kalau harus ganti rugi, harusnya kasih tahu kami," ucapnya.

Sementara itu, pemilik kebun, berinisial Kam alias Kamim Setiawan membantah tuduhan memaksa kedua bocah memakan daun sawit yang di petik dari kebunnya.

"Tidak ada paksaan untuk memakan daun sawit," ujarnya.

Kamim sempat menanyakan kepada kedua bocah tersebut kenapa dicabut daun yang masih muda,

"Lantas dijawab kalau daun itu enak dimakan," katanya mengikuti perkataan si bocah

"Kalau enak dimakan, ya sudah makan saja, jadi tidak ada pemaksaan," katanya.

Kamim justru khawatir dengan kedua bocah yang memakan tunas sawit berusia sekitar 8 bulan yang sudah disemprot hama.

Karena menurutnya daun itu beracun dan bisa membahayakan kesehatan bocah tersebut

"Khawatir makan yang sudah disemprot hama," katanya.

"Tapi syukur tanaman sawit saya belum disemprot," ujarnya.

Terpisah, Kepala Desa Karya Mulyasari, Warno, mengaku terkejut dengan informasi mengenai kedua bocah dipaksa makan daun karena merusak tanaman sawit.

"Sangat disesalkan ini bisa terjadi, saya baru dapat laporan dua hari yang lalu," kata Warno.

Pemerintahan Desa Karya Mulyasari akan memanggil semua pihak terkait peristiwa tersebut.

Menurutnya, kedepan tidak boleh lagi terjadi kejadian serupa.

"Kita akan dipanggil semua pihak, agar tidak terjadi kejadian seperti ini lagi," tandasnya.

(Tribunlampung.co.id/ Dominius Desmantri Barus)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved