Eksklusif Konsumsi Rokok Melonjak

Konsumsi Rokok di Lampung Kalahkan Beras, per Kapita per Bulan Rp 82.789

Berdasarkan data BPS Lampung tahun 2021, konsumsi rokok di Lampung berada di urutan kedua pada kelompok pengluaran, mengalahkan beras.

Penulis: kiki adipratama | Editor: Dedi Sutomo
Tribunlampung.co.id/Joviter
Ilustrasi Rokok - Konsumsi rokok di Lampung cukup tinggi. Berdasarkan data BPS Lampung, konsumsi rokok di Lampung berada di urutan kedua mengalahkan pengeluaran untuk beras. 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Konsumsi rokok di Lampung mengalahkan beras. Hal ini terlihat pada data pola konsumsi yang dikeluarkan BPS Lampung.

Berdasarkan data BPS Lampung tahun 2021, konsumsi rokok di Lampung berada di urutan kedua mengalahkan pengeluaran untuk beras.
Ini terjadi pada berbagai kelompok pengeluaran dari kategori atas sampai bawah.

Pada data Pola Konsumsi BPS Lampung Tahun 2021, konsumsi rokok di Lampung rata-rata per kapita per bulan mencapai Rp 82.789 atau 15,33 persen dari rata-rata pengeluaran kelompok barang makanan sebesar Rp 539.964.

BPS mencatat, rata-rata perbulan pada tahun 2021, konsumsi rokok di Lampung menghabiskan 57 batang rokok kretek filter, 21 batang rokok tanpa filter, dan 2 batang rokok putih dengan estimasi pengeluaran Rp 82.789.

Sementara pengeluaran untuk kebutuhan pokok seperti, padi-padian/beras Rp 67.072, sayur-sayuran

Baca juga: Arinal Djunaidi, Gubernur Lampung yang Sukses Cetuskan Inovasi untuk Bantu Petani Kopi

Baca juga: Cuaca Lampung Hari Ini 23 September 2022 dan Tinggi Gelombang Selat Sunda

Tribun Lampung melakukan wawancara dengan sejumlah orang dari berbagai lapisan untuk mengetahui kondisi ini pada pekan lalu 10-11 September 2022 .

Novian, karyawan swasta mengaku memang mengalokasi anggaran tersendiri untuk beli rokok yakni Rp 750 ribu sebulan.

Dalam sehari ia membeli rokok seharga Rp 25 ribu. Namun pengeluaran untuk rokok ini bisa meningkat jika sedang berkumpul bersama teman.

Ia mengklaim, uang untuk membeli rokok itu tidak mengganggu anggaran belanja dapur. Sehingga, kata dia, kebutuhan makanan pokok tetap tercukupi.
MK, seorang pengusaha mengaku, rokok merupakan 'menu' wajib baginya.

Saat mengobrol bersama kolega, ia bahkan bisa menghabiskan dua bungkus rokok.

"Ya sebenarnya karena kebiasaan aja sih. Kalo udah sama kawan ngobrol mah udah, cepet aja ngerokoknya," ujar MK.

Sama seperti Novian, MK pun mengaku, uang yang dihabiskan untuk membeli rokok tidak menggangu belanja dapur keluarganya.

Baca juga: KPK Beri Pendidikan Anti Korupsi Kepala Sekolah di Bandar Lampung

Baca juga: Kejari Bandar Lampung Setorkan Uang Rampasan Negara Rp 1,19 Miliar Lebih ke Bank Mandiri

Hal serupa ternyata juga terjadi pada kelompok kalangan bawah. HF, seorang juru parkir di Bandar Lampung mengku juga wajib menghisap rokok setiap hari meski pemasukan terbatas.

Bahkan saat Tribun berbincang dengannya, HF terlihat sudah menghabiskan 3 batang rokok dalam 15 menit bercakap-cakap. HF mengaku, bisa menghabiskan 3 bungkus rokok dalam sehari.

"Ya kalo rokok aja saya 3 bungkus sehari, serius. Kalo Rp 40-50 ribu lah sehari," kata HF.

Ia pun menyadari jika pengeluarannya untuk membeli rokok ini cukup besar. Namun ia mengaku tidak mempersoalkannya. Sebab, ia belum bisa berhenti merokok.

Saat disinggung penghasilannya, ia mengaku mendapatkan Rp 50 ribu-Rp 60 ribu sehari.

Jika dirata-rata pengeluaran HF untuk rokok sebesar Rp 40 ribu sehari, maka pengeluaran HF untuk rokok selama satu bulan yakni Rp 1,2 juta.
Sementara HF sendiri mengaku jika penghasilannya dari juru parkir rata-rata Rp 60 ribu per hari, atau Rp 1,8 juta per bulan

Artinya, hanya 22 persen atau Rp 600 ribu saja dialokasikan untuk bahan pokok yang dibawa pulang oleh HF untuk isteri dan anaknya

Tak berbeda dengan HF, YN tukang Becak, juga sebagai pecandu rokok. Dia mampu menghabiskan sebungkus rokok setiap harinya.

Bahkan jika ia tidak mampu membeli satu bungkus sekaligus, ia membeli dengan cara mengeteng atau perbatang.

"Ya kalo gak bisa beli sebungkus belinya ngeteng aja, rokok-rokok kretek, ya kurang lebih Rp 15 ribu lah untuk rokok," kata dia.

Bila dihitung, sehari ia menghabiskan uang untuk merokok Rp 15.000 per bungkus, selama sebulan tidak kurang Rp 300 ribu telah dihabiskannya untuk membeli rokok dari penghasilannya yang pas-pasan.

Penghasilan YN sendiri tak menentu, bahkan YN mengaku pernah hanya mendapatkan Rp 40 ribu satu hari.

(Tribunlampung.co.id/Kiki Adipratama)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved