Berita Lampung

BKKBN Lampung Hadapi Beragam Dinamika Turunan Stunting

BKKBN hadapi beragam dinamika serta problematika yang unik, khas, dan kasuistik untuk turunkan stunting.

Penulis: Bayu Saputra | Editor: Tri Yulianto
Tribunlampung.co.id/Dok BKKBN
Plt Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Lampung Ni Gusti Putu Meiridha (kanan) bersama Wali Kota Metro Wahdi Sirajuddin beri contoh makanan sehat cegah stunting. 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Lampung akui penurunan prevalensi stunting.

BKKBN Provinsi Lampung menyatakan dalam upaya penurunan prevalensi stunting ada berbagai dinamikan untuk setiap wilayah.

Hal tersebut disampaikan oleh Plt Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Lampung Ni Gusti Putu Meiridha kepada Tribun Lampung tentang penurunan prevalensi stunting.

Menurut Gusti, setiap daerah kabupaten dan kota di Lampung ini dalam menurunkan stunting memiliki beragam dinamika di dalamnya.

Selain beragam dinamika serta problematika ada hal yang unik, khas, dan kasuistik.

Untuk itu diperlukan treatment dan intervensi aksi yang lebih detail, spesifik, serta intens.

Baca juga: Pemprov Targetkan Stunting di Lampung hanya 14 Persen pada Tahun 2024

Baca juga: 313 Peserta Lolos Seleksi Berkas Panwaslu Kecamatan Lampung Barat, Hari Ini Tes Tertulis

"Maka diperlukan kegiatan khusus secara berkala dalam rangka mengelola serta menelusuri kesulitan yang terjadi di lapangan," kata Gusti.

Serta mendapatkan solusi jika terdapat kendala dalam penanganan stunting di daerah.

Kegiatan manajemen dan audit kasus stunting sebagai respon terhadap kasus stunting yang kasuistik di masing-masing daerah.

"Jadi audit kasus stunting merupakan proses identifikasi resiko dan penyebab resiko pada kelompok sasaran yang berbasis surveilance rutin atau sumber data lainnya," kata Gusti.

Dijelaskan Gusti berdasarkan keterangan dari Walikota Metro Wahdi Siradjuddin bahwa berdasarkan pendataan keluarga 2021.

Keluarga berisiko stunting pada Kelurahan Ganjar Agung terdapat 696 keluarga (74,4 persen) tidak berisiko berkisar 239.

Berdasarkan Peraturan Kepala BKKBN Nomor 12 tahun 2021.

Keluarga berisiko adalah keluarga yang memiliki satu atau lebih faktor risiko stunting.

Terdiri dari keluarga yang memiliki anak remaja putri atau calon pengantin atau ibu hamil.

Lalu anak usia 0-23 bulan dan anak usia 24 -59 bulan berasal dari keluarga miskin.

Pendidikan orang tua rendah, sanitasi lingkungan buruk, dan air minum tidak layak. 

"Kalau untuk jumlah balita stunting di Kota Metro pada Bulan Agustus 2021 berjumlah 579 orang," kata Gusti.

Baca juga: BKKBN Lampung Bentuk Dahsat Upaya Turunkan Jumlah Stunting di Way Kanan

Baca juga: Diguyur Hujan Lama, Dua Kecamatan di Lampung Barat Terendam Banjir

Dengan rata-rata jumlah kasus stunting sebanyak 27 kasus. 

Lalu perbulan Februari 2022 jumlah balita stunting di Metro sebanyak 530 kasus dengan rata-rata jumlah kasus stunting sebanyak 24 kasus.

Kepada seluruh pihak dapat membangun komitmen dan bersatu menselaraskan program dalam rangka penurunan stunting secara terintegrasi.

( Tribunlampung.co.id/Bayu Saputra)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved