Berita Lampung
Dulang Rupiah Berdayakan Janda, UMKM Bunqee Craft and Fashion Lampung Beromzet Puluhan Juta
Senyum simpul menandakan bakal segera mendapat pundi-pundi rupiah tampak dari gurat bibir para janda binaan UMKM Bunqee Craft and Fashion Lampung.
Penulis: Kiki Novilia | Editor: Indra Simanjuntak
Tribunlampung.co.id, Lampung - Para janda binaan UMKM Bunqee Craft and Fashion Lampung menyulam tapis khas Lampung dengan mata yang berbinar-binar.
Senyum simpul menandakan bakal segera mendapat pundi-pundi rupiah tampak dari gurat bibir para janda binaan UMKM Bunqee Craft and Fashion Lampung.
Satu di antaranya adalah Eli (45), yang menjadi janda di usia yang tak lagi muda membuatnya harus terus memutar otak demi pundi rupiah.
Sebab, ada si bungsu yang masih duduk di bangku sekolah menengah masih butuh banyak biaya.
"Ya saya alhamdulillah, bersyukur sekali bisa kerja di sini untuk cari makan," kata dia pada Kamis (4/5/2023).
Baca juga: UMKM Keripik Asya, Sulap Modal Recehan Jadi Omzet Rp 50 Juta per Bulan
Berdasarkan penuturan dari sang owner Bunqee Craft and Fashion Eva Susanna (46), dirinya memang punya pengrajin binaan sekitar 5-10 orang.
Hampir seluruhnya bernasib sama seperti Eli, para pengrajin di sana kebanyakan adalah janda yang sudah lama tak bersuami.
"Ada yang suaminya meninggal, ada yang suaminya nikah lagi, ada juga yang putus sekolah," kata dia.
Karena itu, Eva ingin membantu mereka supaya berdaya dan punya penghasilannya sendiri.
“Saya mah menolong aja, kalau belum bisa sini saya yang ajari, biar ilmunya terus mengalir,” imbuhnya.
Diketahui Bunqee Craft and Fashion merupakan UMKM asal Lampung yang bergerak di bidang kriya dan fesyen dibalut ornamen khas Lampung, seperti tapis dan sulam usus.
Lokasinya sendiri berada di Perumahan Wismamas Blok C2 Nomor 54, Kemiling Kota Bandar Lampung.
Di sanalah kali pertama Eva membangun usahanya seorang diri.
Suami dan anaknya yang berada di kota orang membuatnya terdorong untuk berusaha.
“Saya mau ngerumpi keluar, nggak hobi. Tapi kalau saya diam di rumah saja bisa stress, ya udah saya buka usaha saja,” terangnya.
Kala itu, produk yang pertama kali dia buat adalah masker tapis, mengingat masih dalam masa pandemi Covid-19.
Di saat usaha lain banyak yang gulung tikar, percobaan pertama Eva malah justru mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat.
"Waktu itu saya buat masker tapis, ternyata laku banget," kata dia.
Baca juga: Pengabdian Founder UMKM Kahut Sigerbori, Sabet Figur Inspiratif Lampung
Berangkat dari kesuksesan tersebut, ibu satu anak itu terus berinovasi untuk membuat banyak produk turunan tapis.
Mulai dari dompet, baju, tas, bros, dan lain sebagainya.
Berdasarkan penuturan Eva, animo masyarakat terhadap produknya cukup tergolong tinggi.
Per bulannya dia bisa mendapat omzet mencapai Rp 7 juta hingga 30 juta.
Sementara jika ikut pameran bisa untung hingga Rp 17 juta per gelarannya.
“Ya alhamdulillah cuan,” katanya sembari tertawa.
Dari pendapatannya tersebut, Eva tidak ingin menikmatinya sendirian.
Dia merasa bersyukur bisa membantu banyak orang, termasuk para pengrajinnya yang janda.
“Jadinya kan kita bisa bantu buka lapangan usaha, lumayan untuk mereka tambah-tambah penghasilan,” kata dia.
Rambah ke Media Sosial
Sebagai pengusaha, Eva paham betul akan potensi dunia digital saat ini, terutama digital marketing. Karena itu, dia pun mulai merambah ke penjualan online melalui akun TikTok, Instagram, WhatsApp, Facebook dan Shopee.
Menariknya, meski punya banyak tempat jualan online, orang-orang biasanya tetap akan mengirimkan pesan pribadi untuknya lewat WhatsApp bisnis.
"Kadang dari Shopee, Instagram terus larinya ke WhatsApp, mereka pada nawar," katanya.
Namun, pindah dari jualan offline ke online terjadi bukan tanpa hambatan.
Usianya yang tidak lagi muda membuatnya sedikit sulit untuk mengelola media sosial.
"Saya mah gaptek," kata dia.
Dia berbenah dengan cara mengerahkan tenaga baru dari para mahasiswa yang sedang magang di usaha miliknya. Satu di antara mahasiswa yang dimaksud adalah Pupung Dzulhijatussarah (22).
Mahasiswa asal Universitas Bandar Lampung itu mengaku membantu promosi digital di Bunqee Craft dan Fashion selama beberapa bulan kedepan.
"Kita ada 6 orang magang di sini, bagian yang ngurusin tentang marketing dan media sosial," terangnya.
Eva berharap, kedepannya bisa lebih maksimal dalam melakukan penjualan lewat online.
Dibantu QRIS
Bukan cuma media sosial, UMKM yang satu ini juga aktif dalam pembayaran digital lewat QRIS dan mesin electronic data center (EDC) Bank BRI. Menurut dia, pembayaran non tunai tersebut banyak membantunya dalam melayani pembeli.
"Sangat terbantu, karena pembeli kan kadang tidak pegang uang tunai," katanya.
Tidak cuma dari sisi pembeli, dirinya pun selaku pelaku usaha menjadi dimudahkan dalam memaksimalkan keuntungan. Pencatatan keuangannya jelas dan sistematis.
"Kalau uang tunai itu gampang habis di jalan, mending pakai QRIS, jadi pembukuannya bisa lebih jelas karena langsung masuk ke rekening," kata dia.
Eva berharap, usahanya ini bisa terus berkembang dengan baik. Dia pun ingin bisa memenuhi pasar luar negeri di masa mendatang.
( Tribunlampung.co.id / Kiki Novilia )
Yuri Agustina Primasari Dilantik Jadi Kabiro Kesra Setda Provinsi Lampung |
![]() |
---|
Simak Konsep Wisata Baru TNWK Lampung yang Kini Diminati Pengunjung |
![]() |
---|
Terlibat dalam 8 Kasus Kejahatan, 13 Bandit Dijaring Polres Pringsewu |
![]() |
---|
Sulpakar Pastikan Lahan Pembangunan SPPG di Lampung Bebas Sengketa |
![]() |
---|
Polres Pringsewu Amankan 13 Tersangka Selama Operasi Sikat Krakatau 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.