UIN Raden Intan Lampung

Selamat Hari Santri Nasional 2024 dan Selamat Datang Menteri Agama Prof Nasaruddin Umar

Rektor UIN Raden Intan Lampung (UIN RIL) Prof. H. Wan Jamaluddin Z, M.Ag., Ph.D terkait Hari Santri Nasional 2024.

Istimewa
Rektor UIN RIL Prof. H. Wan Jamaluddin Z, M.Ag., Ph.D. 

Di sisi lain, merengkuh masa depan berarti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa kehilangan jati diri sebagai santri yang menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil ‘alamin.

Pembangunan karakter bangsa tidak dapat dipisahkan dari peran santri. Sejak dahulu, pesantren telah menjadi pusat pendidikan karakter yang membentuk individu-individu dengan kepribadian yang tangguh, jujur, disiplin, dan bertanggung jawab. Nilai-nilai inilah yang membuat santri menjadi figur-figur yang dipercaya oleh masyarakat dalam berbagai bidang, baik di bidang keagamaan, pendidikan, maupun sosial.

Dalam konteks masa depan, santri memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin-pemimpin yang mampu membawa Indonesia menuju era kejayaan baru. Dengan bekal ilmu agama yang mendalam, kepribadian yang kuat, serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan zaman, santri dapat menjadi aktor-aktor perubahan di berbagai sektor, baik dalam pemerintahan, ekonomi, pendidikan, maupun sosial.

Hari Santri 2024 menjadi panggilan bagi generasi santri masa kini untuk tidak hanya berkutat dalam dunia pesantren, tetapi juga aktif berperan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. 

Merengkuh masa depan berarti santri harus siap menghadapi tantangan global dengan tetap menjaga nilai-nilai keislaman yang luhur. Dengan semangat juang yang diwarisi dari para pendahulu, santri diharapkan mampu membawa perubahan positif yang berkelanjutan bagi Indonesia.

Selamat Datang Prof Nasaruddin Umar

Peringatan hari santri tahun ini juga terasa sangat spesial, karena salah satu santri yakni Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai Menteri Agama. Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA, merupakan  ulama terkemuka di Indonesia yang dikenal dengan pandangan moderat dan inklusif dalam mengembangkan dakwah Islam.

Kiprahnya semakin dikenal luas sejak ia diangkat sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta, salah satu masjid terbesar di Asia Tenggara. 

Dengan latar belakang akademik yang kuat serta pengalaman panjang dalam pengelolaan keagamaan dan sosial, Nasaruddin Umar membawa Masjid Istiqlal menjadi simbol keberagaman, toleransi, dan modernisasi dalam wajah Islam di Indonesia. Sebelum memimpin Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar telah menorehkan prestasi di berbagai bidang akademik dan keagamaan. Ia merupakan lulusan doktoral Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Di luar dunia akademik, Nasaruddin juga aktif dalam organisasi keagamaan dan sosial. Hal ini memberikan pengalaman dan pemahaman yang luas tentang pentingnya peran agama dalam membangun harmoni sosial di tengah keberagaman masyarakat Indonesia.

Sejak ditunjuk sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal pada tahun 2016, Nasaruddin Umar melakukan berbagai terobosan penting, baik dalam aspek fisik masjid maupun fungsi sosial-keagamaannya. Salah satu pencapaian utamanya adalah proyek renovasi besar Masjid Istiqlal yang dilakukan pada tahun 2020. Renovasi ini bukan hanya memperbaiki infrastruktur fisik, tetapi juga menambahkan berbagai fasilitas modern yang menjadikan Istiqlal sebagai pusat kegiatan sosial, budaya, dan intelektual Islam yang inklusif. 

Dalam kepemimpinannya, Masjid Istiqlal tidak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah semata, tetapi juga sebagai pusat kegiatan lintas agama dan forum diskusi tentang masalah-masalah sosial kontemporer. Hal ini sejalan dengan visi Nasaruddin Umar yang ingin menjadikan Istiqlal sebagai tempat penyebaran Islam yang damai, rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi semesta alam).

Salah satu nilai utama yang dikedepankan oleh Nasaruddin Umar dalam dakwahnya adalah pentingnya moderasi dalam beragama. Menurutnya, Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia harus mampu menjadi jembatan dialog dan harmoni di tengah keberagaman budaya dan agama di Tanah Air. Hal ini tercermin dari berbagai kegiatan lintas agama yang sering diadakan di Masjid Istiqlal. 

Dalam beberapa kesempatan, Nasaruddin Umar menekankan bahwa masjid harus menjadi ruang inklusif di mana semua orang, dari berbagai latar belakang agama dan etnis, merasa diterima. Ia juga secara aktif terlibat dalam forum-forum internasional yang membahas peran agama dalam menciptakan perdamaian dunia. Salah satunya adalah peran pentingnya dalam dialog antaragama, baik di tingkat nasional maupun global.

Sebagai Imam Besar, Nasaruddin Umar berkomitmen untuk membawa nilai-nilai moderat yang mampu meredam radikalisme dan ekstremisme di Indonesia. Kiprah Nasaruddin Umar juga dikenal dalam bidang studi gender Islam. Sebagai salah satu cendekiawan Muslim yang menekankan pentingnya kesetaraan gender, ia banyak menulis dan berceramah tentang peran perempuan dalam Islam.

Halaman
123
Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved