Berita Terkini Nasional

Sosok Pendeta Jalanan Agus Sutikno, Penampilan Urakan Berhati Mulia Urus Ratusan Anak Telantar

Penampilan Agus Sutikno jauh dari bayangan umum tentang sosok seorang pendeta. Tubuhnya penuh tato. Rambutnya pun gondrong.

TRIBUNJATENG/Budi Susanto
PENDETA BERTATO - Pendeta Agus Sutikno mengendarai sepeda motor chopper miliknya saat beraktifitas di sekitar Yayasan Hati Bagi Bangsa di Jalan Manggis II Lamper Lor Semarang Selatan, Rabu (25/12/2024). Sosok Agus Sutiko yang dikenal dengan julukan "Street Preacher" atau "Pendeta Jalanan". 

Tribunlampung.co.id, Semarang -- Penampilan Agus Sutikno tampak urakan. Jauh dari bayangan umum tentang sosok seorang pendeta. Tubuh Agus Sutikno bahkan penuh tato. Rambutnya pun gondrong.

Tapi di balik kesan penampilannya yang urakan dan nyentrik, Agus Sutikno yang berprofesi sebagai pendeta ternyata punya aksi mulia di daerah Semarang, Jawa Tengah.

Agus Sutikno berhasil menyekolahkan ratusan anak mulai dari tingkatan SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi.

Agus Sutiko dikenal dengan julukan "Street Preacher" atau "Pendeta Jalanan".

Agus sebenarnya tidak suka dipanggil pendeta meskipun secara resmi ia adalah pemuka agama Kristen di Gereja Pantekosta di Indonesia (GPDI) Jawa Tengah.

Agus Sutikno adalah pendiri sebuah yayasan bernama Yayasan Hati Bagi Bangsa terjun ke kampung-kampung kumuh dan bergaul dengan kaum marginal di Kota Lumpia, termasuk pekerja seks, anak-anak jalanan, pengidap HIV/AIDS, dan transgender.

Dengan komitmen dan dedikasinya, pada tahun 2015, Agus mendirikan Yayasan Hati Bagi Bangsa yang berlokasi di Jalan Manggis II, Kelurahan Lamper Lor, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Jawa Tengah.

"Saya sudah menyekolahkan hampir 200 anak tanpa bantuan pemerintah. Bagi saya, penampilan itu tidak penting, yang penting adalah kita bisa bermanfaat untuk semua orang," ucap Agus, melansir Kompas.com, Rabu (5/2/2025),.

Agus menerima anak-anak telantar tanpa syarat apa pun.

Kini, ratusan anak jalanan yang ia bantu telah berhasil bersekolah hingga jenjang sarjana.

Menurut Agus, pendidikan adalah hak dasar bagi semua anak di Indonesia.

Ia berupaya semaksimal mungkin membantu masyarakat dengan segala keterbatasan yang dimilikinya.

"Merawat anak-anak, ngobatin orang sakit, memberi orang kelaparan, menurut saya adalah ibadah," ujarnya.

Bagi Agus, nilai-nilai kemanusiaan harus diperjuangkan tanpa memandang suku, agama, atau kepercayaan.

"Pada dasarnya yayasan ini punya Tuhan, saya hanya sebagai hambanya saja," tambahnya.

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved