Petani Singkong Lampung Demo

Gubernur Mirza Temui Pendemo, Minta Mediasi di Balai Keratun

Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal menemui massa pendemo di halaman kantor DPRD Lampung, Senin (5/5/2025).

Penulis: Hurri Agusto | Editor: Daniel Tri Hardanto
Tribunlampung.co.id/Hurri Agusto
UPAYAKAN MEDIASI - Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal saat menemui pengunjuk rasa di halaman kantor Pemprov Lampung, Senin (5/5/2025). 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal menemui massa pendemo di halaman kantor DPRD Lampung, Senin (5/5/2025).

Ratusan pendemo berunjuk rasa menuntut penyelesaian polemik harga singkong.

Demo sempat berlangsung panas hingga berujung aksi lempar batu.

Untuk meredam situasi, Gubernur Mirza menemui para pendemo dengan didampingi Ketua DPRD Lampung Ahmad Giri Akbar, Kapolresta Bandar Lampung Kombes Alfret Jacob Tilukay, dan beberapa pejabat Pemprov Lampung.

Dalam pertemuan tersebut, Mirza mengajak perwakilan demonstran bermediasi di Balai Keratun.

"Terima kasih kepada para petani, mahasiswa, yang sudah menyampaikan aspirasinya. Percayalah, Pemerintah Provinsi Lampung berpihak kepada perjuangan rakyatnya," ujar Mirza di hadapan para demonstran.

Sejumlah koordinator perwakilan demonstran sepakat dengan ajakan gubernur.

Namun, ada beberapa mahasiswa yang menginginkan mediasi dilakukan di hadapan pengunjuk rasa.

Mirza pun kembali meminta perwakilan pendemo untuk mediasi di dalam ruangan.

"Semua ada caranya. Kalau mau semuanya masuk, tidak muat ruangan. Tapi semua koordinator perwakilan silakan masuk," kata Mirza.

Selanjutnya, Mirza berjalan menuju Balai Keratun dengan diikuti sejumlah perwakilan demonstran. 

Sesampainya di Ruang Abung Balai Keratun, mediasi tertunda hingga 30 menit lantaran situasi unjuk rasa di lapangan tak kunjung kondusif.

Aksi Lempar Batu

Ratusan orang yang merupakan gabungan petani singkong, mahasiswa, dan organisasi kepemudaan menggelar aksi unjuk rasa di halaman kantor Pemprov Lampung, Senin (5/5/2025).

Dalam aksinya, mereka mendesak Pemprov Lampung menetapkan regulasi terkait harga singkong yang tak kunjung menemukan titik terang.

Namun, aksi tersebut berlangsung memanas.

Belum sampai 15 menit berlangsung, terjadi kerusuhan. 

Massa merasa emosi karena diadang dengan menggunakan kawat berduri.

Dari pantauan Tribunlampung.co.id, ratusan peserta aksi tiba di lokasi sekira pukul 12.15 WIB.

Setiba di sana, mereka diadang kawat berduri. 

Tak terima, mereka lantas berteriak meminta kepolisian memberi akses untuk memasuki halaman kantor DPRD Lampung.

Merasa permintaan tersebut tak digubris, massa merangsek masuk dengan merobohkan kawat berduri yang terpasang.

Aksi tersebut mendapat adangan dari sejumlah aparat kepolisian yang dilengkapi tameng dan pentungan.

"Kami ini rakyat yang terzalimi. Kami ingin menyampaikan aspirasi kami secara damai. Jangan halangi kami menyampaikan pendapat," ujar salah satu pendemo melalui pengeras suara.

Sejurus kemudian, para demonstran dan aparat kepolisian terlibat saling dorong, bahkan saling pukul.

Sebagian massa yang tersulut emosi kemudian mulai melemparkan batu dan kayu ke arah petugas.

Hal tersebut membuat polisi menyemprotkan air (water cannon) ke arah pengunjuk rasa.

Tak mau kalah, massa kembali membalasnya dengan lemparan batu dan kayu.

Setelah sempat bersitegang, petugas akhirnya memberikan kesempatan kepada massa menyampaikan aspirasi di halaman kantor DPRD Lampung.

Salah seorang petani bernama Solihin mengatakan, dia datang bersama para petani singkong lainnya untuk menuntut janji pemerintah terkait kenaikan harga singkong di Lampung. Menurutnya, perusahaan tidak mematuhi kebijakan kenaikan harga singkong sebesar Rp 1.350 per kilogram. 

"Kenyataan di lapangan tidak sebesar itu. perusahaan menentukan harga semau mereka," kata dia.

Hingga saat ini, unjuk rasa tersebut masih terus berlangsung.

(Tribunlampung.co.id/Hurri Agusto)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved