Menurut dosen pemerintahan itu, terdapat beberapa faktor penyebab petahana tak terpilih lagi di Pilkada 2024.
"Pertama soal dinamika setiap daerah memiliki karakteristik masing masing,"
"Kedua, implikasi koalisi besar yang linear antara koalisi di pusat dengan daerah secara tidak langsung telah menjadi mesin besar yang mampu memonopoli dukungan," kata Bendi Juantara, Kamis (28/11/2024).
Faktot ketiga, lanjut Bendi, linkage effect antara koalisi di kabupaten kota dengan Pilgub Mirza- Jihhan yang solid juga menjadi power yang sulit ditandingi oleh PDIP sebagai penantang dibeberapa Pilkada di Lampung.
"Faktor keempat implikasi pilihan rasional yang menginginkan perubahan di daerahnya, resisten pemilih terhadap petahana sebagai kandidat problematik," ujarnya.
"Dalam konteks tersebut, pemilih tentu ingin memastikan hak pilihnya memberikan legitimasi kepada kandidat yang kredibel dan berintegritas dan tentu peluang keberpihakan kemasyarakat yang tinggi," ujarnya.
Faktor kelima terkait kekuatan tokoh di luar Paslon penantang yang memiliki pengaruh terhadap pemilih (vote gaters).
Baik dalam kapasitas dia sebagai personal figur yang menyatakan dukungan hingga dalam tim tim yang kolektif seperti tim relawan dan sebagainya.
"Semangat penantang lebih kuat dibanding petahana," pungkasnya.
2 Petahana Unggul
Hanya dua kepala daerah petahana atau incumbent di Lampung yang unggul di Pilkada 2024 versi hasil hitung cepat (quick count) beberapa lembaga survei.
Keduanya adalah pasangan Eva Dwiana-Deddy Amarullah di Bandar Lampung dan pasangan Parosil Mabsus-Mad Hasnurin di Lampung Barat.
Berdasarkan hasil hitung cepat Rakata, pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Bandar Lampung nomor urut 2 Eva Dwiana-Deddy Amarullah meraih 73,09 persen suara.
Sedangkan pasangan nomor urut 1 Reihana-Aryodhia Febriansyah 26,91 persen.
Sementara di Lampung Barat, Parosil Mabsus-Mad Hasnurin meraih 87,79 persen dan kotak kosong 12,21 persen.
( Tribunlampung.co.id / Riyo Pratama )