Mereka memilih kabur dari mes tempat penampungan di Muara Baru usai merasa dijebak dan disekap oleh calo ABK.
Ketiganya dijanjikan bekerja sebagai ABK dengan kontrak empat bulan, tapi malah harus meneken perjanjian kerja satu tahun penuh tanpa kejelasan nasib.
"Jadi nggak sesuai kontrak, kan waktu dari kampung perjanjiannya saya minta yang 4 bulan, tapi dikasihnya satu tahun," kata Richi.
Lowongan kerja sebagai ABK ini awalnya didapat Ryan lewat Facebook.
Ryan lalu menghubungi akun yang mengunggah iklan lowongan kerja itu dan dari percakapan di Facebook, calo menjanjikan gaji Rp 5-6 juta.
Nyatanya, ketika mereka bertiga sudah berangkat ke Jakarta, pernyataan calo malah berubah.
"Dibilang kamu kontrak satu tahun, nanti kamu gajinya Rp 5 juta, potongan sama calo Rp 2 juta, kan sisa Rp 3 juta ya. Terus nanti buat beli pancing disuruh pakai uang sendiri Rp 6 juta," ungkap Richi.
"Jadi kalian nggak tahu pulang bawa uang, nggak tahu enggak," sambungnya.
Meski sudah tiba dan tinggal di mes, Richi mengaku belum sempat berlayar dengan kapal ikan.
Selama empat hari, ia hanya membantu menyiapkan perbekalan kapal cakalang sambil menunggu kepastian yang tak kunjung datang.
Lebih mengejutkan, menurut Richi, para calon ABK seperti dirinya dilarang keluar dari mes.
Kalaupun ke warung, selalu diawasi.
"Disekapnya di mes. Nggak boleh keluar sama sekali. Kurang lebih empat hari, kalau ke warung diikuti," ucapnya.
Dari belasan penghuni mes, hanya sebagian yang memilih melarikan diri, termasuk Richi dan dua rekannya.
Richi dan dua temannya juga nekat kabur karena tak bisa membayar denda Rp 1,8-2 juta yang harus mereka keluarkan jika ingin pulang.
Kini, setelah berhasil kabur, Richi dan dua rekannya berharap bisa pulang ke kampung halaman.
Baca Juga Terbongkar Kebohongan Ibu Guru Ita Rekayasa Pencurian Demi Hindari Penagih Utang