Berita Lampung

Ekspor Kopi Tembus Rp 10 Triliun, Lampung Diuntungkan Letak yang Strategis 

nilai ekspor kopi Lampung sampai menembus angka Rp 10 triliun pada tahun 2024, naik dua kali lipat lebih dari tahun sebelumnya.

Editor: soni yuntavia
Tribunlampung.co.id/Hurri Agusto
EKSPOR KOPI - Kepala Karantina Lampung, Donni Muksydayan, Rabu (10/9/2025). Pemenuhan persyaratan dari negara-negara tujuan menjadi tantangan utama bagi Lampung dalam dalam melakukan ekspor kopi. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bandar Lampung - Ekspor kopi Lampung menunjukkan lonjakan drastis selama tiga tahun terakhir.

Bahkan, nilai ekspor kopi Lampung sampai menembus angka Rp 10 triliun pada tahun 2024, naik dua kali lipat lebih dari tahun sebelumnya.

Badan Karantina Indonesia (Barantin) melalui Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Lampung (Karantina Lampung) mencatat bahwa capaian ini didukung oleh tren kenaikan harga kopi global, meskipun secara volume tidak mengalami perubahan yang signifikan.

Kepala Balai Karantina Lampung Donni Muksydayan menjelaskan, Lampung memang merupakan eksportir kopi terbesar se-Indonesia, namun dia menyebut tidak semua kopi yang diekspor berasal dari Lampung.

"Lampung memang adalah eksportir kopi terbesar se-Indonesia.

Tapi produk kopi yang diekspor dari Lampung banyak juga yang berasal dari Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu," ungkap Donni, saat diwawancara Rabu (10/9/2025).

"Alasan ekspor dilakukan dari Lampung, karena di sini sudah banyak eksportir besar, dan tentu kita diuntungkan dengan letak geografis yang strategis karena Pelabuhan Panjang bisa langsung terhubung ke Singapura dan negara-negara tujuan ekspor lainnya," jelasnya.

Data Karantina Lampung, menunjukkan bahwa pada tahun 2023, ekspor kopi biji tercatat sebanyak 167.558.967 kg dengan nilai ekonomi mencapai Rp4,725 triliun.

Pada tahun ini, jumlah frekuensi ekspor mencapai 3389 kali dengan tujuan dikirim ke 51 negara.

Memasuki tahun 2024, meski volume ekspor hanya sedikit meningkat menjadi 189.810.532 kilogram, namun nilai ekonomi ekspor di tahun ini meroket hingga lebih dari dua kali lipat, mencapai Rp 10,456 triliun.

Adapun frekuensi ekspor biji kopi mencapai 5481 kali dengan jumlah negara tujuan bertambah menjadi 54.

Tren positif ini terus berlanjut di tahun 2025, di mana hingga bulan Juli saja, volume ekspor kopi biji sudah mencapai 125,497,959 kilogram.

Sementara, nilai ekspor biji kopi paruh pertama 2025 sudah menembus angka Rp 8,59 triliun, dengan tujuan ekspor ke 54 negara.

"Nilai eskpor kopi yang naik ini juga didukung oleh tren harga kopi dunia yang memang sedang naik," ucap Donni

"Kalau secara volume jumlahnya tidak jauh berbeda selama tiga tahun terakhir, tapi karena harganya naik maka nilai ekonominya juga otomatis naik," terusnya.

Selain kopi biji, Donni menjelaskan Lampung juga mengekspor kopi bubuk, meskipun dalam volume yang jauh lebih kecil.

Menurut Donni, hingga saat ini jumlah ekspor kopi Lampung 90 persen masih dalam bentuk biji.

"Untuk kopi, trennya sekarang 90 persen ekspor itu masih dalam bentuk biji kopi, meskipun memang sudah ada beberapa UMKM kita yang sudah memulai ekspor kopi yang sudah diroasting (sangrai)," ungkapnya.

Pada tahun 2023, ekspor kopi bubuk mencapai 686 kg dengan nilai Rp 366,79 juta ke 7 negara.

Volume ekspor sempat meningkat di 2024 menjadi 38.566 kg dengan nilai Rp2,583 miliar meskipun negara tujuan berkurang menjadi 5.

Namun, hingga Juli 2025, ekspor kopi bubuk hanya tercatat 1 kg dengan nilai Rp40.000 ke 1 negara. 

Donni mengatakan, tingginya permintaan pasar global terhadap kopi Lampung serta kualitasnya yang semakin diakui, menjadikan kopi sebagai salah satu komoditas strategis dan pendorong utama pertumbuhan ekonomi ekspor di Provinsi Lampung.

Performa Stabil 

Karantina Lampung mencatat bungkil sawit dan kopi mendominasi ekspor komoditas dari Lampung selama tiga tahun terakhir. 

Kinerja ekspor Lampung dari tahun 2023 hingga Juli 2025 menunjukkan performa stabil, dengan beberapa komoditas yang secara konsisten masuk dalam daftar 10 besar.

Donni Muksydayan mengatakan, berdasarkan komoditas asli dari daerah, Lampung terbilang salah satu pintu ekspor terbesar di Indonesia.

"Bisa dibilang Lampung termasuk lima besar pengekspor Indonesia setelah Jawa Timur, Jakarta, dan Sumatera Utara dan Jawa Tengah," kata dia, Rabu (10/9/2025).

Donni menjelaskan, dari segi volume, kelapa sawit dan produk turunannya, seperti biji sawit, bungkil sawit, termasuk minyak turunannya menjadi gang terbesar.

Kemudian diikuti Kopi, karet, tetes tebu, dan buah-buahan seperti nanas kaleng yang menjadi salah satu terbesar di dunia.

Diketahui, Palm Kernel Expeller atau bungkil sawit, produk sampingan dari ekstraksi minyak kelapa sawit, menjadi komoditas dengan volume ekspor tertinggi dari tahun ke tahun.

Pada 2023, volumenya mencapai 1.448.129.886 kg, turun menjadi 1.127.112.393 kg pada 2024, dan hingga Juli 2025 tercatat 750.029.705 kg. Dari segi nilai, komoditas ini menduduki peringkat pertama pada 2023 dengan nilai Rp5,417 triliun.

Namun, pada 2024 dan 2025, Palm Kernel Expeller berada di peringkat kedua dan ketiga, dengan nilai masing-masing Rp2,583 triliun dan Rp1,648 triliun.

Sementara itu, kopi biji menunjukkan tren luar biasa, terutama dari sisi nilai ekspor.

Komoditas ini menempati posisi kedua dalam nilai ekspor pada 2023 (Rp4,803 triliun), kemudian melesat ke peringkat pertama pada 2024 (Rp10,456 triliun) dan tetap di puncak hingga Juli 2025 (Rp8,593 triliun).

Dari sisi volume, kopi biji juga konsisten berada di jajaran teratas, dengan 167.558.967 kg pada 2023, 189.810.532 kg pada 2024, dan 125.497.959 kg hingga Juli 2025.

Komoditas lain yang secara konsisten masuk lima besar berdasarkan volume adalah tetes tebu, yang menempati peringkat kedua di 2023 dan 2024, serta ketiga hingga Juli 2025.

RBD Palm Olein (minyak goreng kelapa sawit) juga terus berada di posisi atas, yaitu peringkat keempat di 2023 dan 2024, serta keempat hingga Juli 2025.

Selain itu, tepung tapioka menempati peringkat kelima di 2023, sementara Nenas Irisan menempati posisi kelima di 2024 dan 2025.

Donni menambahkan, saat ini tren ekspor di Lampung juga mulai merambah ke eskpor buah segar. "Sekarang tren ekspor buah segar sedang naik, seperti nanas segar, pisang, dan ke depan ditarget kita juga akan ekspor manggis," ungkapnya. (hur)

Persyaratan Jadi Tantangan Utama

Pemenuhan persyaratan dari negara-negara tujuan menjadi tantangan utama bagi Lampung dalam dalam melakukan ekspor komoditas kopi.

Kepala Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Lampung (Karantina Lampung) Donni Muksydayan mengungkapkan, hal itu disebabkan persyaratan yang ditetapkan negara tujuan selalu berubah dan meningkat seiring waktu, utamanya pada negara maju.

Donni mengungkapkan, selama ini ekspor Kopi Lampung menyasar banyak negara, seperti di Eropa, Amerika Serikat, Jepang, termasuk timur tengah.

"Kalau kita menyasar negara maju seperti negara-negara Eropa, Amerika, Jepang, mereka punya syarat standar keamanan pangan yang tinggi," ujar Donni, Rabu (10/9/2025).

Namun, menurut Donni, standar yang tinggi tersebut juga diiringi dengan harga yang ikut meningkat.

"Mereka punya standar yang tinggi, tentu juga mereka berani membeli dengan harga yang lebih tinggi," jelasnya.

Menurut Donni, standar keamanan pangan yang tinggi, terutama dari negara-negara maju, menjadi perhatian serius yang harus ditangani dari hulu.

Donni pun menyebut bahwa Karantina memiliki peran vital dalam mengawal proses ini.

"Sebelum melakukan ekspor, kita perlu mengeluarkan Phytosanitary Certificate yang akan menjadi syarat untuk diterima negara tujuan," ucapnya.

Sertifikat ini berfungsi sebagai jaminan internasional bahwa produk yang diekspor aman dan bebas dari organisme pengganggu.

Donni menegaskan bahwa tugas utama Karantina adalah memastikan produk kopi maupun komoditas lain dari Indonesia layak dan sehat sebelum dikirim.

"Bahasa sederhananya, kita harus bisa memastikan bahwa produk kita jangan sampai membawa organisme pengganggu tumbuhan yang bisa menular ke negara tujuan," ujarnya.

Dia mengatakan, jika produk tidak memenuhi standar, risikonya sangat besar.

"Kalau tidak, negara tujuan bisa melakukan penutupan ekspor, dan yang rugi bahkan tidak hanya Lampung, tetapi juga seluruh Indonesia," kata dia.

Untuk mencegah hal ini, Donni menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor.

"Maka diperlukan kerja sama berbagai sektor, termasuk pemerintah daerah, kementerian pertanian, kementerian perdagangan, termasuk kita (Karantina) maupun instansi dan stakeholder terkait lainnya," pungkasnya.(hur)

( Tribunlampung.co.id )

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved