Berita Lampung

Neraca Perdagangan Lampung Surplus 462,11 Juta Dolar AS per Agustus 2025

Meskipun ekonomi global penuh tantangan, mulai dari perlambatan permintaan mitra dagang hingga pembatasan impor, APBN Lampung terbilang solid.

Penulis: Hurri Agusto | Editor: Daniel Tri Hardanto
Tribunlampung.co.id/Hurri Agusto
APBN KITA - Kepala Kanwil DJP Bengkulu-Lampung Retno Sri Sulistiani (kanan) dan Kepala Kanwil DJPb Lampung Purwadi Adi Putranto (tengah) dalam konferensi pers APBN Kita di aula kantor Kanwil DJP Bengkulu-Lampung, Kamis (30/10/2025). 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung – Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Regional Lampung hingga September 2025 menunjukkan performa positif. 

Hal ini didukung berbagai faktor utama, seperti lonjakan ekspor hingga 244 persen, hingga pengendalian defisit anggaran.

Meskipun ekonomi global penuh tantangan, mulai dari perlambatan permintaan mitra dagang hingga pembatasan impor, APBN Lampung terbilang solid.

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Lampung Purwadi Adi Putranto menyatakan, kondisi ini didukung oleh pertumbuhan pendapatan negara yang kuat dan pengelolaan belanja yang makin efisien.

Kinerja neraca perdagangan Lampung tercatat surplus 462,11 juta dolar AS per Agustus 2025.

Angka ini didorong oleh lonjakan ekspor sebesar 244,44 persen (month-to-month/mtm).

"Sektor industri pengolahan, pertanian, dan pertambangan menjadi penopang utama peningkatan ekspor," kata Purwadi dalam konferensi pers APBN Kita di aula kantor Kanwil DJP Bengkulu-Lampung, Kamis (30/10/2025).

Dia melanjutkan, harga komoditas utama Lampung juga menguat.

Harga batu bara acuan naik menjadi 105,33 dolar AS per ton.

Sementara harga referensi CPO (minyak kelapa sawit) mencapai 954,11 dolar AS per metrik ton.

Menariknya, impor bahan baku dan penolong juga naik tajam hingga 198,78 persen (mtm).

Kenaikan impor ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas produksi industri domestik di Lampung.

Di sisi lain, pendapatan negara di Lampung mencapai Rp 7.985,38 miliar atau 71,68 persen dari target, tumbuh 11,99 persen (year-on-year/yoy).

Rinciannya, penerimaan perpajakan naik 12,97 persen (yoy), terutama didorong oleh kenaikan pajak perdagangan internasional yang melesat 174,60 persen (yoy) akibat lonjakan bea keluar.

Kemudian, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga tumbuh positif 7,13 persen (yoy).

Sementara itu, realisasi belanja negara mencapai Rp 23.092,24 miliar, namun terkontraksi 6,04 persen (yoy). 

Kontraksi ini disebabkan oleh pergeseran prioritas, terlihat dari perlambatan belanja pemerintah pusat, khususnya belanja barang dan belanja modal.

Meski demikian, defisit anggaran regional Lampung hingga September 2025 tercatat sebesar Rp 15.106,86 miliar, menyempit sebesar 13,41 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Defisit yang terkendali ini membuktikan APBN sebagai peredam gejolak (shock absorber) ekonomi global.

Di samping itu, Purwadi menyebut belanja sosial dari pusat jiga menjadi kunci penting untuk menjaga daya beli masyarakat. 

Total bantuan sosial (bansos) yang disalurkan ke Lampung sejak Januari 2020 hingga September 2025 mencapai Rp 22,96 triliun, mencakup PKH, BPNT, BPUM, dan lainnya.

Realisasi bansos ini terbukti efektif menekan tingkat kemiskinan Lampung dari 12,76 persen (September 2020) menjadi 10,00 persen (Maret 2025).

Bantuan ini juga berhasil menurunkan ketimpangan ekstrem.

"Sinergi lintas kementerian dan pemerintah daerah membuktikan, belanja sosial APBN efektif memperkuat ketahanan sosial-ekonomi masyarakat Lampung dan mempercepat pencapaian target pengentasan kemiskinan," tutupnya.

(Tribunlampung.co.id/Hurri Agusto) 

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved