Berita Lampung

Band SMA Pelita Bangsa Bandar Lampung Raih Belasan Prestasi hingga Rilis Single Sendiri

Selain perlombaan band tersebut, mereka juga meraih belasan gelar juara dalam berbagai festival musik di Lampung sepanjang 2023–2024. 

Tribunlampung.co.id/Bintang Puji Anggraini
ANGGOTA BAND - Nabiel Ardiansyah (18), Giosia Nathaniel Clayton (17), dan Matthew Nathaniel Hasian Hutabarat (16) saat memamerkan berbagai piala perlombaan band SMA Pelita Bangsa pada Rabu (19/11/2025). 
Ringkasan Berita:
  • Band asal SMA Pelita Bangsa meraih juara dua tingkat Provinsi Lampung.
  • Juara yang diperoleh itu dalam ajang Smanda Olympic 2025.
  • Band ini digawangi tiga remaja berbakat murid SMA tersebut.

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bandar Lampung - Band asal SMA Pelita Bangsa Bandar Lampung raih juara dua tingkat Provinsi Lampung dalam ajang Smanda Olympic 2025 pada 21-26 September 2025.

Selain perlombaan band tersebut, mereka juga meraih belasan gelar juara dalam berbagai festival musik di Lampung sepanjang 2023–2024. 

Band ini digawangi tiga remaja berbakat M. Nabiel Ardiansyah (18), Giosia Nathaniel Clayton (17), dan Matthew Nathaniel Hasian Hutabarat (16).

Sejak pertama kali ikut festival musik pada 2023, band ini langsung mencatat prestasi dengan meraih juara 3. Sejak itu, perolehan mereka terus bertambah hingga mencapai kurang lebih 12 piala.

Prestasi yang mereka raih di antaranya:

Juara 2 – Semanda Olympic 2025 pada September
Juara 2 – Lampung Student Olympic pada Agustus 2025.
Juara 2 – Amuse XV 
Juara 1 – Gentiaras 2024
Juara 1 – Semansa 1 Bandar Lampung – Granta Fest 41
Juara 2 – Festival Akbar di Dharma Jaya
Juara 3 – Festival Rock Se-Lampung
Juara 3 – Scoopy Launch 2024

“Kurang lebih ada 11 atau 12 piala yang kami dapatkan sejak pertama kali lomba, satu lagi masih di rumah teman,” ujarnya, Rabu (19/11/2025).

Begitu ikut lomba pertama dan langsung menang, mereka merasa terdorong untuk terus menjaga konsistensi.

Meski formasi inti beranggotakan tiga orang, mereka mengaku sering berganti personel pendukung bila salah satu ada yang berhalangan.

“Yang nentuin biasanya saya dan Gio. Bassist terkadang digantikan pemain lain jika ada yang berhalangan,” kata Nabiel.

Mereka mengatakan bahwa genre Musik yang mereka bawakan setiap lomba tidak menentu atau campuran antara Rock, Funk, Jazz, Blues.

“Genre kami itu fusion. Ada rock, ada funk, ada jazz sedikit, tapi tetap ada roots blues-nya,”  jelas Nabiel.

Menariknya, saat akan tampil dalam perlombaan, mereka hanya butuh sekali sampai tiga kali latihan bersama sebelum tampil di panggung perlombaan.

Sistem latihan mereka biasanya nabiel kirim materi lagu ke anak-anak band, mereka kulik dan latihan dulu di rumah.

“Di studio tinggal eksekusi, ngerapihin, bikin konsep agar lebih selaras, kadang seminggu saja kami sudah bisa kompak dan siap tampil,” bebernya.

Namun untuk lagu baru, mereka maksimal latihan 2–4 kali dalam seminggu, mulai dari membuat aransemen lagu yang akan dibawakan hingga siap tampil.

Meski sering juara, semua personel band mengaku tantangan terbesarnya bukan teknik, tapi mental saat tampil di depan umum saat bertanding.

“Yang terberat yaitu mempersiapkan mental, karena banyak yang nonton, banyak yang lebih jago juga, tapi lama-lama terbiasa karena sudah sering mengikuti lomba,”  ujar Gio.

Tak hanya sering mendapatkan juara, Gio sang drummer mengaku sering cedera di bagian tangannya karena terlalu sering latihan.

Tangannya dipenuhi kapalan bahkan hingga mengalami blood blister hingga sobek saat tampil. Ia menyebut bahwa semua kapalan dan luka yang ia dapatkan itu sebagai kebanggaan musisi.

“Kalau orang liat tangan saya pasti bisa nebak saya ini drummer. Jadi luka-luka ini menurut saya sebuah kebanggaan, karena tangan drummer ya harus kapalan,” ujarnya.

Di luar kegiatan sekolah, Nabiel, Gio dan juga beberapa temannya memiliki band yang bernama Killing Floors.

Band tersebut sudah sering tampil diberbagai perlombaan dan pentas seni juga, bahkan sudah merilis single pertamanya yang berjudul “The Way Life Goes”.

Single pertamanya itu sudah bisa didengarkan di Spotify, Apple Music, youtube dan platform digital lainnya.

Nabiel selaku fokalis dan penulis lagu menjelaskan bahwa lagu ini lahir saat dirinya sedang banyak tekanan tentang hidupnya dan masa depannya

“Pesan yang ingin saya sampaikan di lagu ini yaitu seberat apa pun hidup, jalanin aja. Sebab kita tahu bagaimana hari besok,” katanya.

Dibalik kemahiran mereka memainkan musik, ternyata mereka sudah dituntun untuk belajar musik sedari kecil oleh orang tua mereka.

Ketiganya memiliki perjalanan musik yang berbeda-beda. Nabiel mengatakan dirinya mulai les gitar sejak kelas 5 SD, karena disuruh orang tuanya.

Walaupun dari kecil Nabiel sudah bermain alat musik, dia baru mencintai musik saat pandemi covid-19.“Ternyata musik bukan cuma nada. Ini dunia  aku,” tambahnya.

Sedangkan Gio sudah mulai belajar drum sejak TK B, kemudian lanjut belajar piano di kelas 4 SD, gitar, dan juga bass. Namun dia lebih menekuni drum.

Matthew sang gitaris mengungkap awal dirinya belajar alat musik bukanlah belajar gitar, namun drum.

“Mulai belajar alat musik itu dari drum kelas 1 SD, lalu piano, kemudian saxophone sejak SMP,” ucapnya.

“Sekarang bisa drum, piano, saxophone, dan gitar, namun yang saya tekuni di gitar,” tambahnya.

Dengan keahliannya bermain alat musik, mereka memastikan masih akan ikut festival berikutnya, tergantung izin sekolah dan event yang tersedia. “Pokoknya kalau ada lomba, kita siap,” ujar mereka kompak.

(TRIBUNLAMPUNG.CO.ID/ Bintang Puji Anggraini)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved