Berita Terkini Nasional

Intel Polisi Tewas Tak Wajar di Lombok Barat Ternyata Dibunuh, Kasusnya Naik Penyidikan

Menurut pengacara keluarga Brigadir Esco, Lalu Anton Hariawan, kasus ini telah naik status dari penyelidikan menjadi penyidikan. 

TribunLombok.com/Istimewa
EVAKUASI JASAD - Tim Inafis Polres Lombok Barat saat mengevakuasi jasad Brigadir Esco Faska Rely (29), anggota Intel Polsek Sekotong yang ditemukan tewas mengenaskan di bukit belakang pemukiman warga di Desa Jembatan Kembar. Ternyata kematian Brigadir Esco karena pembunuhan, perkaranya kini naik penyidikan. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, NTB - Kasus kematian tak wajar intel polisi Brigadir Esco Faska Rely (29) di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) diduga kuat sebagai kasus pembunuhan berencana.

Menurut pengacara keluarga Brigadir Esco, Lalu Anton Hariawan, kasus ini telah naik status dari penyelidikan menjadi penyidikan. 

Dia pun mengapresiasi tim penyidik yang bekerja secara profesional. Bahkan Anton mendesak supaya segera menetapkan status tersangka.

Brigadir Esco Faska Rely (29) adalah anggota Polres Lombok Barat yang bertugas di Polsek Sekotong. Dia tinggal di Dusun Nyiur Lembang, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat, bersama istri seorang polwan.

Kadus Nyiur Lembang Muhammad Rijal menyebut Brigadir Esco bertugas sebagai anggota Intel di Polsek Sekotong.

Kematian Brigadir Esco ini dinilai janggal oleh keluarga, terutama karena terdapat bekas luka di wajah dan tubuh korban.

Jenazah Brigadir Esco ditemukan dalam kondisi leher terikat tali di sebuah kebun kosong di kaki bukit, tidak jauh dari rumahnya di Desa Nyiur Lembang pada Minggu (24/8/2025).

Syamsul Herawadi, ayah almarhum Brigadir Esco Fasca Rely mendesak pihak kepolisian segera mengungkap kasus kematian anaknya dan menangkap pelaku pembunuhan.

"Tuntutan saya sebagai orangtua adalah agar kasus ini segera terungkap dan pelaku ditindak seadil-adilnya sesuai dengan keadaan anak saya," ungkap Syamsul Herawadi pada Kamis (4/9/2025) dikutip dari Kompas.com.

Hasil otopsi menunjukkan, motif kematian Brigadir Esco diduga adalah pembunuhan, bukan bunuh diri. 

Syamsul mengaku sangat terpukul saat melihat kondisi jenazah anaknya di ruang otopsi RS Bhayangkara, sehari setelah penemuan jenazah.

"Saya enggak kuat, saya enggak mampu. Sempat saya lihat mukanya sudah tidak ada, mukanya tidak ada tinggal tengkorak," ujar Syamsul.

Sebelum jenazahnya ditemukan, Brigadir Esco sempat hilang kontak. Komunikasi terakhir dengan adiknya terjadi enam hari sebelum penemuan jenazah, di mana Esco mengeluh sakit asam lambung.

Ibu dan ayah Esco sempat menjenguknya dan mendapati bahwa kondisi anaknya sudah membaik dan berencana untuk piket pada hari Selasa.

Namun, setelah Selasa malam, Esco hilang kontak, dan nomor ponselnya tidak aktif. Keluarga Esco pun mencari ke beberapa lokasi untuk menemukan keberadaan anaknya, namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved