Ledakan di SMAN 72 Jakarta

Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Rifky Panik Lihat Teman-temannya sudah Bersimbah Darah

Selain mengakibatkan korban luka, ledakan diduga bom tersebut sampai menimbulkan kepanikan luar biasa.

|
TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino
LEDAKAN DI SMAN JAKARTA - Suasana pasca ledakan di masjid SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Jumat (7/11/2025). Rifky panik lihat teman-temannya sudah bersimbah darah. 

Ringkasan Berita:
  • Kesaksian Rifky salah satu SMAN 72 Jakarta terkait ledakan yang diduga bom.
  • Ledakan yang tiba-tiba tersebut terjadi sebelum salat Jumat sebanyak tiga kali.
  • Rifky terkejut setelah menyaksikan sekitar melihat teman-temannya sudah bersimbah darah. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Jakarta - Ledakan di SMAN 72 Jakarta menyisakan korban luka-luka hingga mencapai 55 orang.

Selain mengakibatkan korban luka, ledakan diduga bom tersebut sampai menimbulkan kepanikan luar biasa.

Seperti yang terjadi pada Rifky, siswa kelas X SMAN 72 Jakarta saat terjadi ledakan sedang berada di musala sekolah.

Rifky selamat tidak mengalami luka, namun dia sempat syok menyaksikan pemandangan orang bersimbah darah.

Ternyata orang yang berdarah-darah di sekitar Rifky tak lain adalah teman-teman sekolahnya.

Padahal sebelumnya, Rifky tidak menemukan hal-hal yang mencurigakan.

Rifky menceritakan apa yang telah dia alami tersebut keapda ibunya, Indri.

Indri menuturkan, saat itu Rifky mengikuti kegiatan seperti biasa di musala sekolah.

Namun sebelum salat Jumat dimulai, tiba-tiba terdengar ledakan dan melihat asap.

Setelah itu, lanjut Indri, Rifky melihat teman-temannya sudah berlumuran darah dan terluka.

Hal itu diungkapkan Indri di ruang tunggu Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Islam Jakarta Cempaka Putih, Jakarta Pusat pada Jumat (7/11/2025) sore.

"Belum salat Jumat. Habis itu langsung bunyi ledakan, ada tiga ledakan. Kanan-kiri itu sudah berdarah-darah temannya," ujar Indri dikutip dari Tribunnews.com.

"Dia sendiri alhamdulillah, anak saya sendiri sempat mengira berdarah, tapi pas lihat kaca kok enggak. Akhirnya anak saya cuma mengangkat teman satu karena kena paku. Jadinya langsung dilariin ke luar, ke ambulans. Habis itu anak saya juga dibawa ke sini," ungkapnya.

Indri mengatakan saat itu, yang terpikir di benak anaknya hanya keluar sesegera mungkin.

Dengan kondisi mata anaknya yang minus, lanjut dia, bahkan anaknya tak sempat menemukan kacamatanya setelah berusaha meraba sekitar.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved