Berita Terkini Nasional

Pemakaman Pendemo yang Tewas Terbakar di Kwitang Jakarta Utara, Selamat Jalan Han!

Jenazah Muhammad Farhan Hamid (23), pedemo yang hilang dan ditemukan tewas di Gedung ACC Kwitang, tiba di rumah duka di Rawabadak Utara, Koja.

Editor: Teguh Prasetyo
KOMPAS.com/Omarali Dharmakrisna Soedirman
TANGISAN PECAH - Tangisan keluarga pecah saat jenazah Muhammad Farhan Hamid (23), pedemo yang hilang dan ditemukan tewas di Gedung ACC Kwitang, tiba di rumah duka di Rawabadak Utara, Koja, Jakarta Utara, Sabtu (8/11/2025). 

Ia menambahkan, sebagian organ dalam korban sudah hangus terbakar, sehingga tidak memungkinkan penulisan sebab kematian secara rinci dalam visum.

“Kerangka pertama itu memang ada beberapa tulang, tengkorak, tulang panjang dan panggul. Tidak ditemukan kekerasan tumpul,” ujarnya, Jumat (7/11/2025).

Dua Bulan

Tepat dua bulan lamanya keluarga Muhammad Farhan Hamid (23) menunggu kabar tentang putra bungsu mereka yang hilang sejak akhir Agustus 2025.

Namun, penantian panjang itu berakhir pilu. Harapan untuk memeluk Farhan kembali, kini tergantikan dengan kenyataan pahit, sang anak pulang dalam wujud kerangka.

Menurut keterangan sang kakak, Muhammad Irfan Zidny (31), Farhan pamit pada Jumat, 29 Agustus 2025, untuk menunaikan salat Jumat di Masjid Istiqlal.

Seusai itu, ia berencana menziarahi makam Affan Kurniawan, pengemudi ojek online yang tewas dalam aksi demonstrasi sehari sebelumnya.

Namun sejak hari itu, Farhan tak lagi pulang ke rumah. Keluarga menunggu kabar selama 24 jam tanpa hasil hingga akhirnya melapor ke Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) untuk membantu pencarian.

“Kita tunggu 1 x 24 jam pun nggak ada kabar. Dan kita langsung berusaha menghubungi KontraS untuk meminta bantuan,” tutur Irfan.

Pencarian dilakukan ke berbagai lokasi, rumah sakit, kantor polisi, hingga tempat penampungan demonstran.

Namun semuanya nihil, sampai akhirnya polisi memberi kabar bahwa dua kerangka manusia ditemukan di gedung ACC Kwitang.

Setelah hasil DNA keluar dan dinyatakan cocok dengan keluarga, duka mendalam tak terbendung.

Adin, sepupu Farhan, menggambarkan betapa berat proses yang mereka lalui selama dua bulan tanpa kepastian.

“Biarkan kami melewati duka ini, karena perjalanan cukup panjang. Dua bulan kami terombang-ambing, dan hasilnya ternyata adalah sebuah kerangka. Cukup menyakitkan,” ujarnya.

Ia mengaku keluarga berusaha tetap tegar meski kenyataan yang diterima begitu pahit.

“Terima kasih kepada seluruh keluarga dan rekan-rekan yang terus membantu dan mendoakan. Semoga doa-doa yang kami langitkan ini akan terjawab. Yang selama ini gelap akan menjadi terang,” pungkasnya.

(tribunnetwork)

 

Sumber: Kompas.com
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved