Persaingan Caleg di Lampung Makin Ketat, Kawan Jadi Lawan

Karena itu, sesama caleg di satu partai, yang notabene merupakan "kawan", bisa menjadi lawan

Penulis: Noval Andriansyah | Editor: soni
zoom-inlihat foto Persaingan Caleg di Lampung  Makin Ketat, Kawan Jadi Lawan
legislator abadi jaga suara

Laporan Reporter Tribun Lampung Noval Andriansyah 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Banyaknya jumlah peserta Pemilu dan calon legislatif (caleg) akan membuat persaingan semakin ketat. Karena itu, sesama caleg di satu partai, yang notabene merupakan "kawan", bisa menjadi lawan.

Menurut Akademisi FISIP Unila Tony Wijaya, dalam sistem Pileg di Indonesia, selain perhitungan partai, ada perhitungan individu.

Akibatnya adalah, antar calon akan berlomba-lomba untuk memperoleh suara terbanyak. Istilahnya, kawan jadi lawan. Tak heran, terjadi perebutan nomor urut dan strategi pemilihan dapil.

Baca: 4 Fakta OTT KPK Dilapas Sukamiskin, Kalapas Wahid Husein Tak Menyesal Hingga Tertawa-tawa

Baca: Serunya Nikmati Gemericik Air Terjun Curug Talang Ramban

Karena itulah, kata Tony, banyak caleg yang tidak melakukan sosialisasi sebagaimana mestinya jika sudah ada calon yang kuat di partai dan dapil tersebut.

"Kuat dalam artian secara sosial maupun ekonomi. Kendati demikian, kompetisi antar individu itu bagus bagi partai. Selain itu, agar masing-masing caleg benar-benar bekerja. Tidak cuma mendompleng nama besar partai," ujarnya.

Dengan sistem perhitungan saat ini, Metode Sainte Lague Murni, ada perbedaan besar dalam perebutan jumlah kursi antar parpol. Peluang caleg-caleg di suatu parpol besar semakin terbuka lebar untuk tetap duduk di kursi legislatif. Karena pembagian kursi benar-benar dihitung berdasarkan perolehan suara parpol.

"Karena itulah, setiap caleg benar-benar harus punya tim pemenangan sendiri. Timses itu pun harus solid. Selain untuk memberi sumbangsih ke suara partai, sekaligus juga untuk antisipasi terjadinya kecurangan penggelembungan suara di internal parpol," bebernya.

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa terjadi praktik jual beli suara antar caleg di satu parpol pada tahapan akhir Pileg. Caleg yang secara hitungan kasar tidak mungkin lagi menjadi legislator, kerap menjual suara yang diperolehnya kepada rekannya sesama caleg yang berpeluang dapat kursi. Untuk itu, caleg perlu mempunyai timses yang benar-benar bisa menjaga perolehan suara.

Pertarungan antar caleg di masing-masing dapil dipastikan akan sengit. Terlebih, Dapil 1 yang meliputi wilayah Kota Bandar Lampung. Dapil ini pun disebut sebagai dapil neraka lantaran banyak politisi senior dan pendatang baru yang punya nama besar yang bertarung di sini.

Dari kalangan petahanan terdapat Eva Dwiyana Herman HN dari PDI Perjuangan, Fauzan Sibron dari Partai Nasdem, Apriliati dari PDI Perjuangan, Azwar Yacub dari Partai Golkar, Muswir dari PAN, dan lainnya.

Eva Dwiyana sendiri semula berencana akan "naik kelas" menuju kursi DPR RI. Namun, menit- menit akhir Eva ternyata urung menuju Senayan. Ia kembali maju sebagai caleg PDIP untuk kursi DPRD Lampung.

Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Lampung Bidang Polhukam, Watoni Noerdin mengatakan, Eva masih akan maju di DPRD Lampung melalui Dapil 1, Bandar Lampung.

"Iya benar (Eva maju di DPRD Lampung). Jadi begini, karena ada penugasan dari DPP PDI Perjuangan, Bunda (Eva), masih tetap di provinsi (DPRD Lampung). Penugasannya dari DPP, jadi mau bilang apa lagi," kata Watoni saat dikonfirmasi Sabtu (21/7) malam.

Nama-nama baru yang bermunculan di dapil satu juga tidak kalah menarik. Sebut saja politisi muda dari Partai Demokrat Novia Tobing dan Rita Purnamasari dari Partai Nasdem.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved