Masyarakat 4 Pekon Tertinggal di Bengkunat Kini Bisa Nikmati Jaringan 4G XL Axiata
PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) telah mengoperasionalkan jaringan 4G melalui skema USO (Universal Service Obligation) sejak setengah bulan lalu.
Penulis: sulis setia markhamah | Editor: Noval Andriansyah
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, PESISIR BARAT - Tinggal di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T), membuat masyarakat di empat pekon yakni Way Haru, Bandar Dalam, Siring Gading, dan Way Tiyas, Kecamatan Bengkunat menganggap jaringan provider dan internet adalah sesuatu yang istimewa.
Namun kini dengan PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) telah mengoperasionalkan jaringan 4G melalui skema USO (Universal Service Obligation) sejak setengah bulan lalu, masyarakat sudah banyak yang memiliki android dan memanfaatkannya untuk kelancaran komunikasi termasuk penjualan hasil bumi.
Sekitar 6 ribu lebih jiwa atau 2.500 kepala keluarga tinggal di empat Pekon ini.
Kisaran jarak tempuh dari Kota Bandar Lampung melalui jalan lintas barat (Tanggamus) menuju pertigaan Pasar Way Heni sekitar 6 jam.
Pasar Way Heni merupakan akses masuk ke empat pekon 3T ini. Sementara akses jalan dari titik Pasar Way Heni menuju lokasi peresmian jaringan 4G XL di Pekon Bandar Dalam sendiri terbilang ekstrem.
• XL Axiata Akan Operasikan Jaringan 4G di Pedalaman Pesisir Barat
• Libur Akhir Tahun, Trafik Data XL Axiata di Sumatera Naik 70 Persen
• Sederet Fakta Kantor Arie Tour dan Travel Dibobol Rampok, Masuk dari Plafon, Keluar dari Samping
• Jadwal Kapal Eksekutif 2020 dan Cara Beli Tiket di Pelabuhan Bakauheni Pakai e-Money
Dari Pasar Way Heni masuk sekitar satu kilometer lebih jalan sudah aspal mulus, tetapi 3 kilometer sisanya masih jalan berbatu dan didominasi lubang menuju lokasi pangkalan ojek.
Saat Tribunlampung.co.id berkesempatan mengikuti peresmian jaringan 4G XL bersama rombongan PT XL Axiata Tbk (XL Axiata), Selasa (14/1/2020), untuk menembus pangkalan ojek membutuhkan waktu 15 sampai 20 menit.
Di musim penghujan seperti saat ini, hanya motor yang telah dimodifikasi yang bisa sampai ke empat pekon tersebut dengan tarif sekali jalan Rp 250 ribu atau pulang pergi Rp 400 ribu sampai Rp 500 ribu.
Pilihan lainnya untuk mengangkut komoditi pertanian ada gerobak sapi yang bayarannya dihitung per kilo barang. Per kilo dihitung Rp 1.500 sampai Rp 2 ribu.
Sementara mobil jeep atau pick up hanya bisa melintas saat musim kemarau dan muara sungai surut.
Sensasi off road mulai dirasakan ketika sudah naik ojek yang motornya telah dimodifikasi habis menyesuaikan medan perjalanan.
Knalpot ditinggikan agar saat menyusuri tiga muara sungai air tidak masuk. Tak hanya itu saja, bagian ban motor juga dilapisi menggunakan rantai bekas yang dililitkan ke ban agar tidak tergelincir saat melintasi kubangan becek tanah liat dan aman menyusuri pinggiran pantai.
Dua muara sungai yang lebih lebar dan dalam sudah dibuat jembatan gantung. Namun begitu sensasi perjalanan tetap terasa menantang karena guncangan kendaraan saat melalui kubangan lumpur dan menyusuri pasir pinggiran pantai bersisian dengan deburan ombak.
Tukang ojek yang ditumpangi Tribun mengatakan, jika cuaca terbilang kondusif karena tidak hujan perjalanan menuju Pekon Bandar Dalam bisa ditembus dalam waktu 1,5 jam dengan jarak tempuh berkisar 14 kilometer.
"Kalau pas lagi hujan bisa kejebak di muara sungai. Bisa seharian baru ketembus. Bahkan kita pernah minep dua malam di dekat muara sungai karena kejebak nggak bisa lewat. Kalau ini bisa ketembus 1,5 jam," ungkap Agus.