Bandar Lampung
Mahasiswa Psikologi Islam UIN Raden Intan Lampung Menerbitkan Karya Novel Perdana
Sukma Wulan Suci, mahasiswi semester 6 Psikologi Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung meluncurkan novel karya perdana nya.
Penulis: joeviter muhammad | Editor: Dedi Sutomo
Pun demikian, Sukma bisa merampungkan novel perdana nya hanya dalam waktu 3 bulan.
Bahkan saat ini Sukma tengah menggarap novel fiksi keduanya yang berjudul "Dari Aku Yang Rumit, Kumohon Jangan Pamit".
Menurutnya, isi novel kedua yang masih dalam tahap pengerjaan tidak jauh berbeda dengan novel pertamanya.
Sukma menjelaskan, novel 24 Jam Tanpa Detik menceritakan tentang kondisi mental seorang perempuan dalam menghadapi cobaan hidup.
Meskipun tema yang diangkat bukan dari pengalaman pribadi, Sukma mengakui novel tersebut merupakan tempat dirinya mengekspresikan diri.
Sukma tak memungkiri dirinya bukan pribadi yang pandai mengungkapkan perasaan, isi hati melalui lisan.
Karena itu Sukma menuangkan semua ide yang ada dalam dirinya ke dalam bentuk tulisan.
Di dalam novel 24 Jam Tanpa Detik ada beberapa hal yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca nya.
Salah satunya mengenai kepedulian terhadap sesama, terutama berhubungan dengan kesehatan mental seorang perempuan.
"Kita tu harusnya aware sama teman, jadi tempat curhat teman yang sedang ada persoalan hidup," terang Sukma.
Dari studi yang Sukma pelajari, berbagi cerita atau keluh kesah dengan orang terdekat dapat meminimalisir terjadinya depresi.
Depresi kadang bisa juga memicu orang untuk mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri.
"Sekarang banyak kasus kasus bunuh diri, nah inti dari buku ini ada beberapa pesan yang disampaikan ke pembaca mengenai hal itu," kata Sukma.
Saat ini novel 24 Jam Tanpa Detik bisa dipesan melalui market place Soppe Inovasi Publishing atau Instagram Inovasi Publishing. Novel tersebut dijual dengan harga Rp 58 ribu.
Dengan diterbitkannya novel perdananya, Sukma semakin mantap untuk menjadi seorang novelis.
Sebagai penulis pemula, Sukma mengaku siap menerima segala saran dan kritikan demi menghasilkan karya yang lebih baik lagi.
"Kalau mau berkembang jangan takut salah dan jangan takut dikritik," kata Sukma.
( Tribunlampung.co.id / Muhammad Joviter )