BKKBN Tribun Lampung Cegah Stunting

Intervensi Stunting Dimulai Sejak Usia 0 Sampai 59 Bulan, Kepala BKKBN Lampung: Usia 2 Tahun Ideal

Sebab, di usia di atas dua tahun pertumbuhan otak anak sudah tidak semudah di usia di bawah dua tahun.

|
Dokumentasi Tribunlampung.co.id
Kepala BKKBN Provinsi Lampung dr. Nurizky Permanajati berfoto bersama Pempimpin Redaksi Tribun Lampung Ridwan Hardiansyah (dua dari kanan) dan Pemimpin Perusahaan Tribun Lampung Erniwaty (empat dari kiri) dan tim lainnya usai beraudiensi, Senin (20/3/2023) siang. 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung- Pencegahan stunting pada anak harus dimulai sejak usia 0 sampai 59 bulan. Di usia itu, adalah masa rawan bagi anak untuk terkena stunting.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Provinsi Lampung dr. Nurizky Permanajati menuturkan, intervensi pencegahan stunting usia anak di atas dua tahun relatif sulit di capai.

Sebab, di usia di atas dua tahun pertumbuhan otak anak sudah tidak semudah di usia di bawah dua tahun.

“Intervensi stunting itu dimulai sejak anak umur 0 tahun sampai 59 bulan. Walaupun setelah umur dua tahun jika dia stunting maka akan relatif sulit untuk di intervensi,” ungkap dr Nurizky saat menerima kunjungan silaturahmi pimpinan Tribun Lampung diruang kerjanya, Senin (20/3/2023) siang.

Pada kunjungan silaturahmi itu, dari Tribun Lampung hadir Pemimpin Redaksi Ridwan Hardiansyah, Pemimpin Perusahaan Erniwaty Madjaga, dan sejumlah manajer.

dr Nurizky melanjutkan, secara teori kedokteran, anak yang terkena stunting usia di atas dua tahun maka intervensinya akan sangat mahal dan menghasilkan progress yang sangat sedikit.

Baca juga: Cegah Stunting dan Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat, Unila Teken MoU Bersama BKKBN

Baca juga: BKKBN Lampung Adakan Rekonsiliasi Stunting Tingkat Provinsi, Wagub Nunik Didapuk Jadi Narasumber 

Karenanya, kata dia, intervensi penanganan stunting terhadap anak yang paling efektif ialah seribu hari pertama sejak kelahiran.

“Jadi intervensi stunting yang sangat baik itu umur nol sampai dua tahun. Ini ternyata progresnya yang sangat baik, kalau kita berikan intervensi di masa ini,” papar dr Nurizky yang baru sepekan menjabat Kepala BKKBN Provinsi Lampung ini.

Pria yang sebelumnya menjabat Plt Kepala BKKBN Banten ini menambahkan, secara garis besar, stunting merupakan gangguan gizi pada anak yang progresnya sangat lambat.

Menurutnya, selain intervensi pemenuhan gizi dengan pemberian telur, intervensi stunting juga terkait dengan pemahaman pola asuh anak.

“Pengaruh stunting itu kan ada pada pola pengasuhan, akses air bersih, lalu akses makanan. Juga terkait dengan pola pembuangan BAB. Faktor inilah yang paling tinggi menyebabkan stunting di Indonesia,” tuturnya.

Dalam istilah BKKBN, resiko stunting itu dikaitkan dengan empat terlalu.

Empat terlalu itu maknanya diantaranya, perempuan yang menikah terlalu muda atau terlalu tua.

Lalu punya anak terlalu dekat atau anaknya terlalu banyak.

“Ditambah lagi faktor air bersih dan jamban. Faktor inilah keluarga yang beresiko stunting,” tandas dia.

(Tribunlampung.co.id/end)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved