Impor Baju Bekas Dilarang

Pedagang Thrifting Baju Bekas di Bandar Lampung Ngaku Seperti Jual Narkoba

Perdagangan busana thrifting di Kota Bandar Lampung hanya bisa pasrah pasca larangan impor Baju Bekas oleh Kementerian Perdagangan.

Editor: Indra Simanjuntak
Tribunlampung.co.id/Kiki Adipratama
Perdagangan busana thrifting alias Baju Bekas di Kota Bandar Lampung kian marak dalam beberapa tahun terakhir terutama pasca pandemi Covid-19. 

Selama Tribun berbincang, Bs, istri An, fokus melayani pengunjung yang melihat barang-barang thrifting di tokonya. Pengunjung yang datang cukup banyak.

Dalam waktu 1 jam setidaknya ada 7 orang yang datang ke lapak Bagus dan Ana.

Barang yang dijual memang relatif murah, mulai dari Rp 25 ribu-Rp 170 ribu saja. Seperti traning, jeans, kaust, sweater, dan jaket berbagai macam merek.

An mengaku tak ada pilihan lain saat ini. Ia harus tetap membuka toko thrifting miliknya untuk mencari rezeki.

"Ya mau gimana lagi barang masih banyak kayak gini. Kalo gak dijual ya gimana, " kata dia.

Punya Segmen Sendiri

Yo yang memiliki bisnis pakaian thrift khusus wanita menyayangkan adanya pelarangan penjualan pakaian thrift. Karena bisnis pakaian thrift sudah lama ada.

Bisnis pakaian thrift ini berdampingan dan tidak bersaing dengan bisnis pakaian bukan thrift, sebab masing-masing memiliki segmen pasarnya sendiri.

Ada orang-orang yang lebih suka beli pakaian thrift, dan ada juga yang lebih suka beli pakaian bukan thrift karena mungkin saja uangnya cukup beli pakaian yang bukan thrift.

Orang-orang yang suka menggunakan pakaian thrift karena pakaian thrift banyak dari brand ternama, dan harganya murah.

Sampai saat ini belum terdengar kabar kalau ada yang terkena dampak penggunaan pakaian thrift, seperti terkena penyakit kulit, gatal, atau terkena kuman.

"Saya sendiri sebelum membuka Ziluxxe.id, saya juga sering menggunakan pakaian thrift dan nyatanya sampai sekarang saya tidak penyakitan," kata Yo.

Sebab pakaian thrift yang dijual semua pemilik bisnis pakaian thrift adalah pakaian layak pakai, bukan pakaian seperti keset yang tidak ada artinya.

Bahkan pakaian thrift yang ia jual disortir dulu dan dilaundri. Sehingga pakaian itu menjadi bersih, rapi, dan siap pakai.

Yo mengaku memulai bisnis pakaian thrift wanita sejak pandemi Covid 19 mulai ada.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved