Berita Lampung

21 Mahasiswa Asal Lampung Kuliah di Sudan, 8 Diantaranya Sudah Dievakuasi Pulang ke Indonesia

Sebanyak 21 warga negara Indonesia (WNI) asal Lampung berstatus mahasiswa di sudan dievakuasi.

Penulis: Vincensius Soma Ferrer | Editor: Teguh Prasetyo
AFP
Ilustrasi perang saudara meletus di Sudan pada Sabtu (15/4/2023) lalu. Sebanyak 21 warga negara Indonesia (WNI) asal Lampung berstatus mahasiswa di sudan dievakuasi dan delapan di antaranya sudah berada di Jakarta, Indonesia. 

Sempat bersitegang dengan majikan yang enggan mengantarkannya ke kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) karena kondisi perang, Rahmawati nekat pergi dari rumah majikan untuk bertemu WNI lainnya yang akan dievakuasi.

"Di sana parah banget. Saya pergi dari rumah majikan. Saya bilang, kalau nggak berani antar saya, biar saya jalan kaki sendiri," kata Rahmawati kepada Tribun Network di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat.

"Saya minta tolong dijemput karena majikan nggak mau antar saya. Saya nangis-nangis. Kata majikan, 'Boleh saja kamu keluar. Tapi kalau saya antar, saya mati. Kamu mati, saya mati. Kalau kamu maksa, mau mati, ya terserah," sambung Rahmawati.

Kondisi rumah majikan Rahmawati di Khartoum rusak berat terkena bom dan tembakan dua kelompok yang berseteru.

Pintu gerbang rumah bahkan hancur akibat bom. Batu-batu menembus kaca rumah hingga bertebaran di kamar-kamar.

Kondisi ini membuat Rahmawati bersikukuh segera pergi meninggalkan rumah majikan, bagaimana pun kondisinya nanti.

"Jadi, saya terpaksa. Mau mati, mau hidup, saya mau keluar dari sini dengan jalan kaki. Ya mungkin, kalau keluar, ketemu sama orang KBRI," ucapnya.

Rahmawati tidak berpikir lagi membawa barang-barang penting. Ia juga sudah tidak memikirkan gaji.

"Saya selamatkan nyawa saja. Nggak mikir gaji, nggak mikir apa, yang penting keluar. Hidup mati di luar yang penting saya ketemu orang Indonesia," ujarnya.

Sempat bertemu dengan sejumlah tentara, Rahmawati membisu seribu bahasa saat diinterogasi asal negaranya.

Ia hanya menunjukkan identitas lewat kaus merah putih yang dibawa. Ketakutan ditembak, Rahmawati hanya berpikir bisa bertemu orang Indonesia.

Ia membatin, kalaupun tidak selamat, minimal ada orang Indonesia yang mengetahui kondisinya.

"Di jalan itu, yang namanya peluru, beterbangan. Tentara-tentara itu tanya, 'Mau kemana? Filipina apa Indonesia?' Saking nggak bisa ngomong, saya perlihatkan kaus saya yang merah sama yang putih. Saking nggak kuatnya ngomong, karena perasaan saya mau ditembak-tembak," jelasnya.

Semenjak pecah perang di Sudan, majikan Rahmawati tidak pernah keluar rumah. Bom terus meledak dan peluru terus ditembakkan.

Ia pun bersyukur bisa berjumpa WNI lainnya hingga dievakuasi ke tanah air dengan selamat.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved