Perampokan di Lampung Selatan

Ketua Gapoktan di Lampung Selatan Sempat Ditodong dan Dipukul Perampok

Jumani yang juga ketua Gapoktan Karya Tani itu mengatakan, pelaku perampokan sempat menodongkan benda seperti senjata api.

Tribunlampung.co.id/Dominius Desmantri Barus
Jumani (35), warga Desa Sumbersari, Kecamatan Sragi, Lampung Selatan, saat ditemui di kediamannya, Kamis (22/6/2023). Ia menjadi korban perampokan saat hendak menyetor uang tunai ke Bank BNI Kalianda, Rabu (21/6/2023). 

Tribunlampung.co.id, Lampung Selatan - Jumani (35), warga Dusun Sumbersari, Desa Sumbersari, Kecamatan Sragi, Lampung Selatan mengalami perampokan saat hendak setor tunai di Bank BNI Kalianda, Rabu (21/6/2023) sekitar pukul 12.30 WIB.

Jumani yang juga ketua Gapoktan Karya Tani itu mengatakan, pelaku perampokan sempat menodongkan benda seperti senjata api.

"Saya ditodong (benda) seperti pistol. Saya tidak tahu itu pistol beneran atau pistol mainan. Yang jelas bentuknya menyerupai pitol," ucapnya," kata Jumani, Kamis (22/6/2023).

Ia ditodong dari jarak kurang lebih dua meter ke arah wajah.

Selain ditodong, Jumani mengaku sempat dipukul di bagian leher dekat pundak.

"Pas dipukul di bagian leher itu, pandangan langsung kabur. Kebetulan saya punya riwayat penyakit jantung dan darah rendah. Memang kalau ada kejadian-kejadian menyeramkan gitu, seperti darah dan lainnya, saya nggak kuat," katanya.

Setelah pandangannya kabur, lanjut Jumani, para pelaku melarikan diri.

Lunasi KUR

Perampokan dialami Jumani (35), warga Dusun Sumbersari, Desa Sumbersari, Kecamatan Sragi, Lampung Selatan.

Ketua gapoktan di Desa Sumbersari, Kecamatan Sragi, Lampung Selatan ini dirampok saat hendak menuju Bank BNI untuk menyetor uang tunai senilai ratusan juta rupiah.

Akibat kejadian tersebut, korban kehilangan uang tunai sebesar Rp 294.300.000.

Jumani mengaku uang tersebut hendak disetor ke Bank BNI Kalianda.

Dia menceritakan, uang yang dibawanya merupakan milik sembilan anggota Gapoktan Karya Tani, termasuk dirinya.

Rinciannya, delapan anggota menitipkan uang senilai total Rp 200 juta.

Sedangkan uang milik Jumani sendiri sebesar Rp 94 juta.

Uang itu akan digunakan untuk melunasi pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Bank BNI Kalianda.

Jumani menjelaskan, anggota Gapoktan Karya Tani meminjam KUR dengan tenor enam bulan.

Artinya, setiap anggota melunasi pinjaman tersebut saat waktunya sudah jatuh tempo.

Saat hendak melunasi pinjaman itulah Jumani dirampok dalam perjalanan menuju Bank BNI Kalianda.

Setelah perampokan yang dialaminya, Jumani melapor ke Polsek Penengahan guna proses hukum lebih lanjut.

Kapolsek Penengahan Iptu Gobel mengatakan, pihaknya sudah mendapat informasi tentang perampokan yang terjadi di wilayah hukumnya.

"Korban sudah membuat laporan kemarin. Kami juga sudah melakukan olah TKP dan mengumpulkan keterangan dari saksi-saksi," ujarnya.

Saat ini pihaknya masih mendalami kasus tersebut dan akan menindaklanjuti laporan korban.

Kronologi

Perampokan itu terjadi saat korban hendak menyetor uang tunai ratusan juta ke Bank BNI Kalianda, Rabu (21/6/2023) sekitar pukul 12.30 WIB.

Kejadian itu dialami Jumani di jalan penghubung antara Desa Klaten, Sumbersari, dan Pasuruan.

"Saya berangkat dari rumah jam setengah 12 siang melewati jalan penghubung antara Desa Klaten, Sumbersari, dan Pasuruan," kata Jumani saat ditemui di kediamannya, Kamis (22/6/2023).

Jumani mengaku hampir setiap hari melewati jalan tersebut.

Tiga kali dalam seminggu ia melintasi jalan itu untuk menyetor uang tunai ke Bank BNI Kalianda.

Ia tidak tahu jika pada hari nahas itu ada orang yang mengikutinya.

Korban baru sadar ada yang menguntitnya sekitar 1 kilometer sebelum tiba di lokasi kejadian.

"Saya merasa seperti ada yang mengikuti sejak melewati bawah flyover arah ke Desa Sumbersari (Penengahan)," ujarnya.

Namun, ia tidak menaruh curiga kepada orang tersebut.

"Ada satu motor di belakang motor saya seperti sedang mengikuti. Mereka berboncengan pake motor Honda Beat warna ungu magenta hitam, tidak memakai nomor polisi," beber Jumani.

"Perawakannya seperti saya, kurus tinggi. Keduanya pake jaket hitam. Yang satu pake helm putih, yang satu pake helm hijau," ucapnya.

Ketika sampai di Desa Sumbersari arah Desa Pasuruan, tiba-tiba motornya ditendang dari arah samping kanan.

Ia hilang kendali dan terjatuh di parit.

Saat terbangun, ia sudah ditodong pelaku dengan benda seperti pistol.

"Saya ditodong seperti pistol. Saya tidak tahu itu pistol beneran atau pistol mainan. Yang jelas bentuknya menyerupai pistol," ucapnya.

Wajahnya ditodong dari jarak kurang lebih dua meter.

Dalam kondisi ketakutan, korban tak sadar tas selempangnya dibawa kabur pelaku.

Ia mengaku sudah tidak ingat lagi kejadian setelahnya.

"Saya panik dan tidak memperhatikan para pelaku melarikan diri ke arah mana," ujarnya.

Setelah mereka pergi, korban sempat melihat mobil Avanza warna hitam melaju dari arah yang sama.

Namun, ia tidak mengetahui apakah pengendara mobil tersebut anggota komplotan perampok atau bukan.

Tak lama kemudian ia baru tersadar tas selempangnya sudah tidak ada.

Ia pun panik dan berusaha mencari pertolongan.

Lalu ada seorang warga melintas dari arah Sumbersari, Penengahan menuju Desa Klaten.

"Saya sempat bertemu dengan Ayu, kebetulan masih saudara. Saya tanya, lihat ada orang naik motor Honda Beat warna magenta lewat sini tidak. Karena dia berjalan dari arah berlawanan dengan lokasi kejadian. Berharap dia bertemu dengan para pelaku," ujarnya.

Ternyata, Ayu tidak melihat para pelaku.

(Tribunlampung.co.id/Dominius Desmantri Barus)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved