Liputan Khusus

Harga Kopi Naik, Petani di Lampung Bersyukur Meski ProduksinyaTurun

Menurunnya produksi kopi di Lampung mengakibatkan sedikitnya pasokan barang yang berpengaruh pada kenaikan harga.

Tribunlampung.co.id/Bobby Zoel Saputra
Ilustrasi kopi. Petani kopi di Lampung bersyukur harga naik meski produksi turun. 

Zhakariya, petani kopi di Pekon Ngarip Kecamatan Ulu Belu Tanggamus mengungkapkan, banyak buah kopi yang tidak bisa dipanen akibat kemarau panjang. Buah kopi mengering.

"Dari satu batang itu hanya bagian ujung saja yang berbuah, sisanya kering," kata Zhakariya, Minggu (12/11).

Karena kondisi itu, produksi kopi menurun drastis. Jika biasanya satu hektare kebun kopi dapat menghasilkan satu ton biji kopi, namun saat ini hanya mampu mengumpulkan 4-5 kuintal kopi per hektare.

Ia juga mengungkapkan, tak sedikit bunga pohon kopi yang ikut mengering akibat Elnino. Bahkan ada kebun kopi yang mengalami kebakaran.

Petani kopi di Way Kanan, Alek Mahad (56) juga mengaku, mengalami penurunan hasil panen. Jika biasanya hasil panen kopi satu tahun bisa sampai dua ton, saat ini hanya 8-9 kuintal.

"Karena cuaca juga panas, ditambah asupan pupuk-pupuknya juga tidak ada. Kemarau ini sangat berpengaruh ke hasil kopi kami," ucapnya, Sabtu (11/11).

Dahan-dahan sampai pucuk batang kopi juga mati. Bahkan ada juga batang kopi yang mati karena kekeringan.

Andri, petani kopi di Kecamatan Batu Brak Kabupaten Lampung Barat mengatakan, tahun ini produksi kebun kopinya menurun. Jika biasanya kebun bisa menghasilkan 1-2 ton biji kopi setahun per hektare, tahun ini hanya 500-600 kg saja.

Petani kopi lainnya di Lampung Barat, Tunggono mengaku, kemarau panjang telah memberikan dampak terhadap tanaman kopi miliknya seluas setegah hektare.

“Karena sejak kemarau panjang kemarin, tanaman kopi milik petani di Suoh dan BNS daunnya mulai layu hingga mati. Sekitar 3-4 bulan lebih waktu itu tidak turun hujan di sini. Sehingga kekeringan tersebut menjadi keluhan masyarakat dan petani,” ujarnya.

Madian, petani kopi Pesisir Barat mengatakan, tahun ini produksi kopinya menurun drastis akibat kemarau panjang.

"Hasil kopi tahun ini sangat jauh berkurang karena dalam beberapa bulan lalu tidak ada hujan. Jadi banyak bunga kopi yang hangus gagal jadi buah," kata dia.

Ia mengatakan, jika biasanya panen kopi 1 ton per hektare, maka tahun ini cuma dapat 3-4 kuintal saja.

Sementara Izhar, petani kopi di Pekon Rata Agung Kecamatan Lemong Pesisir Barat mengatakan, saat ini rata-rata kebun kopi mulai memasuki fase berbunga. Pada saat seperti ini kata dia, waktu yang sangat menentukan bagi para petani.

Sebab, jika cuaca terlalu panas maka akan membuat bunga menjadi layu dan hangus. Namun jika terjadi hujan deras maka akan menyebabkan bunga kopi menjadi rontok dan gugur.

Halaman
123
Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved