Berita Terkini Nasional

Niat Raka Kerja di Jepang Pupus, Usai Jadi Korban Meninggal Bus Maut Subang

Niat Raka Komara untuk kerja di Jepang harus pupus setelah ia menjadi satu di antara korban meninggal dunia dari insiden kecelakaan maut di Subang.

TribunJabar/Deanza Falevi
Petugas mengevakuasi bus pariwisata maut PO Trans Putera Fajar pengangkut rombongan siswa SMK Lingga Kencana Depok, yang mengalami kecelakaan di tanjakan Ciater, Kabupaten Subang, Sabtu malam, 11 Mei 2024. Niat Raka Komara (23) untuk kerja di Jepang harus pupus setelah ia menjadi satu di antara korban meninggal dunia dari insiden kecelakaan maut bus di Subang. 

Tribunlampung.co.id, Subang - Niat Raka Komara (23) untuk kerja di Jepang harus pupus setelah ia menjadi satu di antara korban meninggal dunia dari insiden kecelakaan maut bus di Subang.

Bus yang mengangkut rombongan siswa/i SMK Lingga Kencana Depok itu mengalami kecelakaan di Ciater, Subang, pada Sabtu (11/5/2024) malam.

Baca juga: Sosok Raka, Korban Tewas Bus Maut Subang Bikin Eks Bupati Teteskan Air Mata

Nahas, Raka yang sedang mengendarai motor bersama rekannya tertabrak bus maut tersebut hingga akhirnya meninggal dunia di lokasi kejadian.

Diketahui, Bus Putera Fajar, yang membawa rombongan SMK Lingga Kencana Depok, mengalami kecelakaan maut di Ciater, Subang, pada Sabtu (11/5/2024) malam. Kecelakaan bus berpelat nomor AD 7524 OG itu menyebabkan 11 orang meninggal dunia dan 33 orang luka.

Raka Komara, warga Subang, menjadi korban meninggal satu-satunya yang bukan termasuk penumpang bus Putera Fajar.

Suasana duka masih menyelimuti keluarga Raka saat Dedi Mulyadi (KDM) bertakziah ke rumah duka di Desa Majasari, Kecamatan Cibogo, Kabupaten Subang, Selasa (14/5/2024).

Seorang kerabat korban mengatakan, saat kejadian Raka mengemudikan sepeda motor dengan membonceng temannya, Sopiyan.

Keduanya saat itu berencana belajar usaha membuat warung nasi goreng di daerah Ciater.

“Sopiyan ini sudah ada tempat di Ciater, nah Raka mau belajar ke sana. Nanti setelah bisa sendiri rencananya mau buka juga di sini,” ujarnya.

Nahas, saat perjalanan, motor tersebut ditabrak bus yang mengalami rem blong dari arah Tangkuban Parahu. 

“Raka meninggal di lokasi. Sementara Sopiyan terpental ke kebun teh, sekarang masih dirawat di rumah sakit karena patah tulang,” ucapnya.

Ayah Raka, Abdul Rofiq, menuturkan, anak pertama dari lima bersaudara itu adalah sosok yang rajin dan penurut.

Bahkan selepas lulus sekolah langsung bekerja.

“Dari mulai lulus sampai sekarang itu anak rajin tidak mau menganggur, penurut tidak pernah melawan ke orang tua. Bahkan kalau tidak ada kerjaan terus dia bilang mau kerja ke Jepang,” ucapnya.

Abdul mengatakan, pada hari kejadian tersebut ia sudah punya firasat tak enak hati.

Bahkan istrinya yang sedang dirawat di rumah sakit pun memaksa untuk pulang padahal belum diperbolehkan oleh dokter.

“Terakhir komunikasi itu waktu saya ambil pakaian ke rumah untuk istri di rumah sakit. Dia tanya kapan mamah pulang, ternyata dia yang pulang (wafat),” ujar Abdul yang tak kuasa menahan tangis

Dedi Mulyadi, anggota DPR RI, yang mendengar cerita tersebut pun terlihat meneteskan air mata.

Ia kagum karena sosok Raka memiliki dedikasi kuat untuk keluarga.

Bahkan di usia mudanya ia mencoba berbagai hal hingga ingin belajar membuka usaha nasi goreng sendiri.

“Raka anak yang soleh, rajin, semoga mendapat kemuliaan di alam akhir, mendapat kebahagiaan walaupun harus meninggalkan kedua orang tuanya,” ujar Dedi Mulyadi yang juga mantan bupati Purwakarta.

Pria yang akrab disapa KDM berharap kejadian serupa tidak terulang kembali sehingga tidak ada lagi korban di kemudian hari.

“Mudah-mudahan ini kejadian yang terakhir,” ucapnya.

Siswi SMK Lingga Kencana Depok Trauma

Sebelumnya, seorang siswi SMK Lingga Kencana Depok, Dea Savitri (18), berhasil lolos dari insiden bus maut yang mengalami kecelakaan di Ciater, Subang.

Sempat pingsan lantaran terlempar dalam bus beberapa kali, Dea akhirnya bisa keluar dari bus maut tersebut setelah memanjat atap bus.

Meski lolos dari maut, pikiran siswi SMK Lingga Kencana Depok yang selamat dan lolos dari kecelakaan maut di Ciater, Subang ini mengalami trauma.

Hingga kini Dea nampaknya masih dibayangi kengerian usai mengalami musibah kecelakaan maut itu.

Bus yang membawa rombongan siswa SMK Lingga Kencana Depok itu mengalami kecelakaan teman dan guru Dea Savitri meninggal dunia di lokasi kejadian.

Total korban tewas sebanyak 11 orang terdiri dari seorang guru dan 9 siswa termasuk seorang pengendara motor.

Para korban yang meninggal dunia menderita luka parah hingga nyawanya tak tertolong pada Sabtu 11 Mei 2024 malam saat perjalanan pulang dari Bandung menuju Depok.

Dea Savitri, salah satu siswi SMK Lingga Kencana yang berhasil lolos dari maut saat tragedi nahas terjadi kini mengalami trauma berat.

"Alahmdulillah Dea selamat," kata Devi, kakak kandung Dea Savitri.

Bahkan, Dea Savitri kini sering melamun diduga masih mengingat kejadian nahas yang dialaminya bersama teman-temannya.

"Tetapi dia masih sering bengong kalau diajak ngobrol, mungkin masih ingat teman-temannya," kata Devi saat ditemui wartawan di SMK Lingga Kencana, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (13/5/2024).

Menurutnya, trauma yang dialami sang adik diduga masih sangat membekas.

Menurut cerita Dea, kata Devi, saat itu adiknya duduk dibangku ketiga dari belakang baris sebelah kiri.

Saat bus yang ditumpanginya terguling, Dea panik dan mencari pegangan.

Bahkan, tubuhnya pun ikut terlempar beberapa kali di dalam bus hingga dia pingsan tak sadarkan diri.

Kemudian, Dea naik ke atap bus untuk keluar dari dalam kabin mobil yang sudah dalam posisi terguling.

"Begitu sadar, dia sudah berada di bagian pinggir kanan di dalam bus. Ketika temannya panggil namanya, dia langsung bangun dan keluar lewat atap yang sudah miring dan jebol," papar Devi.

Devi mengungkapkan bahwa Dea sempat telpon dengan sang ibunda di rumah sekira 30 menit sebelum kejadian itu.

"Sebelumnya dia telpon mama mengabarkan bahwa dia dalam perjalanan pulang. Sekira 30 menit kemudian, saya dapat kabar dari adik saya di Surabaya mengenai kecelakaan ini," bebernya.

Menurutnya, kondisi fisik Dea Savitri hanya mengalami luka ringan dan memar akibat kecelakaan.

Sehingga kini sudah diperbolehkan pulanh oleh rumah sakit.

"Sudah di rumah, tidak sempat dirawat di rumah sakit. Saat datang dari Subang, dia hanya cek fisik sebentar di Rumah Sakit Brimob Kelapa Dua, lalu pulang," ungkap Devi sambil meneteskan air mata.

Beberapa saat usai kejadian, kata dia, Dea sempat menghubungi kakaknya di Surabaya menggunakan telpon temannya.

"Setelah dapat info, saya hubungi mama. Alhamdulilah, bersyukur banget dia selamat. Saudara-saudara dan tetangga semuanya tidak percaya Dea selamat kalau melihat kondisi bus tersebut yang hancur," tutur Devi.

Dalam kecelakaan ini, Dea kehilangan telpon genggam, KTP dan tas selempang.

( TRIBUNLAMPUNG.CO.ID / TribunJabar.id )

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved