Harga Singkong Anjlok di Lampung

Menteri Pertanian Tegas, Minta Importir Tak Zalimi Petani Singkong di Lampung

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman tegas meminta kepada para importir di Lampung untuk tak zalim terhadap para petani singkong.

Tribunlampung.co.id/Fajar Ikhwani Sidiq
Foto ilustrasi, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. | Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman tegas meminta kepada para importir di Lampung untuk tak zalim terhadap para petani singkong. Pernyataan tersebut ditegaskan Menteri Amran setelah mengetahui kondisi petani singkong di Lampung. Diketahui, sejumlah pabrik pengolahan singkong dan tapioka di Tulangbawang, Lampung tutup operasional buntut aksi demonstrasi yang digelar ribuan petani singkong pada Kamis (23/1/2025).  

Anjloknya harga singkong di Lampung tersebut juga turut memantik anggota DPRD Lampung, sehingga mereka menggelar rapat dengar pendapat dengan sejumlah stakeholder termasuk petani singkong pada Senin (16/12/2024).

Pengamat Ekonomi Unila Asrian Hendi Caya uraikan sebab murahnya singkong di Lampung.

Ia menilai, sebagian besar singkong Lampung ditampung oleh pabrik tepung tapioka sebagai bahan baku utamanya.

Harga tepung tapioka berpengaruh pada harga singkong di Lampung.

Menurut dia, harga tepung tapioka diperlukan pabrik industri makanan utamanya, di samping industri kerajinan masyarakat yang UMKM.

"Persoalannya seringkali industri makanan untuk menjamin stok bahan baku minta izin impor. Justru seringkali harga impor cenderung lebih rendah dan menguntungkan"

"Akibatnya permintaan tepung tapioka lokal berkurang. Nah, ini salah satu sumber turunnya harga singkong di Lampung," kata Asrian Hendi saat diminta pendapatnya, Selasa (17/12/2024).

Sebagai solusi lanjut Asriandi, pemerintah pusat dapat memperhatikan pengaruh impor tepung ke Indonesia.

"Salah satu faktor yg memengaruhi harga singkong adalah pasar tepung tapioka soalnya ada impor, maka harapannya pemerintah pusat memperhatikan pengaruh impor tepung tapioka terhdap harga singkong," tuturnya.

Dalam konteks Lampung, lanjutnya, pasar singkong cenderung oligopsoni.

Artinya ada bebrapa pembeli yang menentukan harga.

Memang pabrik tepung tapioka banyak, tapi sebagian besar terapiliasi dalam satu grup besar.

"Jadi solusinya adalah membuka pasar baru singkong. Ada alternatif misalnya mocaf ( modified cassava flour) atau tepung singkong. Nah tepung ini bisa menjadi substitusi atau pengganti terigu," tuturnya.

"Sayangnya, kurang bersaing karena impor terigu bebas bea impor. Sementara industri tepung singkong tidak bebas pajak"

"Ini tantangannya harus ada kebijakan pemerintah yang lebih memihak produk lokal," sambungnya.

Dia mencontohkan pernah terjadi dalam industri mie.

"Industri mie dulu pernah ada kebijakan untuk mengganti terigu dengan tepung singkong atau mocaf  (bukan tapioka) secara bertahap mulai dari 30 persen. Hanya saja tidak terlihat perkembangannya," ucapnya.

Selain itu dulu pernah terjadi komunikasi antara pengusaha dengan kepala daerah untuk menyepakati harga.

"Cara ini juga bisa dilakukan kembali walau mungkin sifatnya sementara. Sebagai produsen singkong yang besar memang ada baiknya membangun ekosistem bisnis singkong dengan pohon industrinya"

"Apalagi pemerintah pusat telah mengarahkan untuk lampung sebagai industri tepung-tepungan," pungkasnya.

( TRIBUNLAMPUNG.CO.ID / M Rangga Yusuf )

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved