Wawancara Eksklusif
Atasi Polemik Harga Gabah di Lampung, Wherli: Perlu Skema Kolaborasi
Ketua Harian Ikaperta Unila Fahuri Wherlian Ali KM menyebut langkah ini sebagai kebijakan yang cerdas dan berpihak kepada petani.
Penulis: Riyo Pratama | Editor: Daniel Tri Hardanto
Saya mendorong adanya skema kolaborasi. RMU kecil sebaiknya jangan memaksakan diri menggiling sampai beras siap konsumsi.
Fokus saja ke produksi pecah kulit, lalu jual ke perusahaan besar yang memiliki mesin modern dan efisien. Ini lebih realistis ketimbang memaksakan produksi dengan margin yang merugikan.
Apakah ada peran pemerintah yang bisa lebih maksimal?
Tentu. Pemerintah perlu hadir lebih konkret. Salah satunya dengan memberikan kredit lunak kepada RMU-RMU kecil di desa-desa agar mereka bisa meng-upgrade teknologi penggilingan.
Jika mesin mereka lebih modern dan rendemen bisa naik ke 72–75 persen, petani senang, penggilingan tenang, dan pemerintah pun sukses menjaga keseimbangan pasar.
Harapan Anda terkait kebijakan ini ke depan?
Saya berharap diskursus harga gabah tidak berhenti di kebijakan makro semata. Harus ada langkah teknis dan strategis di lapangan agar petani tetap menjadi pihak yang paling diuntungkan.
Kebijakan harga memang penting, tapi ekosistem pendukungnya juga harus siap. Maka saya mengajak seluruh milenial untuk kembali ke desa. Mari bertani.
(Tribunlampung.co.id/Riyo Pratama)
Bincang dengan Kepala BPTD Kelas II Lampung Jonter Sitohang, Menuju Zero ODOL |
![]() |
---|
Pakar Hukum Unila Sebut Pemisahan Pemilu Rancu dan Membingungkan |
![]() |
---|
Hamartoni Ahadis Usung Program Puskesmas Mider di Lampung Utara |
![]() |
---|
Rektor Itera Sebut Panen Padi Bisa 3 Kali Setahun |
![]() |
---|
Perubahan Siklus Tanam Bisa Tingkatkan Produksi Panen Padi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.