Berita Lampung

Warga Miskin di Lampung Tengah Ngeluh Tak Pernah Dapat Bansos, 'Disurvei Saja Tidak'

Muayanah dan suami sudah tidak bisa bekerja dan mencari nafkah secara mandiri karena faktor usia.

Penulis: Fajar Ihwani Sidiq | Editor: Reny Fitriani
Dokumentasi
TAK PERNAH DAPAT BANSOS - Triyono dan ayahnya bernama Said (92) sedang duduk di depan teras rumah sambil menceritakan bahwa kedua orangtuanya belum pernah dapat bansos dalam bentuk apapun dari Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah, Senin (15/9/2025).  

Tribunlampung.co.id, Lampung Tengah - Sejumlah masyarakat kurang mampu di RT 03 Dusun 6 Wonogiri, Kampung Terbanggi Mulya, Kecamatan Bandar Mataram, Lampung Tengah mengaku tidak menerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) sama sekali semenjak program itu dilaksanakan.

Muayanah (73) selaku warga setempat yang tinggal berdua bersama suami Said (92) mengatakan, bahwa ia belum pernah bantuan sosial atau bansos dalam bentuk apapun dari Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah.

Padahal, kata Muayanah, dia dan suami sudah tidak bisa bekerja dan mencari nafkah secara mandiri karena faktor usia.

"Kami sudah lansia, suami saya umurnya 92 tahun dan saya sudah 73. untuk mencari nafkah sudah tidak memungkinkan, apalagi untuk pekerjaan berat seperti bertani dan sebagainya," katanya, Senin (15/9/2025).

"Sejauh ini kami tidak pernah mendapatkan bantuan dalam bentuk apapun dari pemerintah, baik bahan pokok PKH atau bantuan uang," imbuhnya.

Hal itupun dibenarkan oleh anak Muayanah bernama Triyono, warga Dusun 6 Wonogiri itu mengaku orangtuanya tidak pernah diperhatikan pemerintah, terlebih sejak adanya bantuan sosial baik PKH maupun bansos lainnya. 

Sejauh ini, kata Triyono, dialah yang menopang kehidupan orangtuanya sehari-hari, meski kondisi ekonominya pun pas-pasan.

Triyono menyayangkan peran petugas bantuan sosial yang sama sekali tidak melirik kondisi orangtuanya yang sudah tidak berdaya jika dipaksa untuk mencari uang untuk kehidupan sehari-hari.

Dia pun sempat bertanya saat tak sengaja bertemu dengan pendamping PKH, lalu mengusulkan supaya orangtuanya diperhatikan dan berharap dapat bantuan.

Namun, yang didapatnya justru jawaban ketus dan menohok dari pendamping PKH tersebut, Triyono diminta mensyukuri apa yang ada dan jangan menuntut lebih.

"Saya merasa petugas PKH dan bantuan sosial lainnya di Kecamatan Bandar Mataram pilih kasih dalam memilih penerima manfaatnya. Kalau memang lansia diperhatikan pemerintah, bukankah seharusnya orangtua saya layak untuk dibantu," ungkapnya.

"Bahkan tetangga kami yang tergolong mampu dan masih punya penghasilan bisa dapat PKH. Bukan iri, tapi di sini kenyataannya ada pasutri yang tidak berdaya mencari sesuap nasi. Boro-boro diberi bantuan, disurvey saja tidak pernah," imbuhnya.

Keadaan senasib juga dialami Sulastri (68), lansia itu tinggal seorang diri di gubuk papan yang berukuran sekira 4 x 5 meter persegi.

Dengan usianya yang sudah renta, Sulastri bisa bertahan hidup dengan belas kasih anak dan tetangga, sebab dirinya sudah tidak bisa lagi untuk bekerja, semenjak ditinggal pergi sang suami menghadap Yang Maha Esa.

Dirinya mengaku tidak pernah menerima bantuan semenjak pandemi, di saat masyarakat umum sedang bersusah payah memulihkan kembali perekonomian pasca Covid-19, Sulastri justru tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya berdiam di gubuk papan miliknya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved