Berita Lampung
Fraksi Demokrat DPRD Lampung Kritis Pencabutan Perda Wajib Belajar 12 Tahun
Fraksi Demokrat DPRD Lampung juga menyampaikan keprihatinan terhadap rencana pencabutan Perda Nomor 18 Tahun 2014.
Penulis: Riyo Pratama | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Fraksi Partai Demokrat DPRD Lampung menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung atas prakarsa penyusunan tiga Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) yang dinilai memiliki implikasi strategis terhadap arah pembangunan daerah.
Hal itu disampaikan juru bicara fraksi Demokrat dalam pembacaan pandangan fraksi di sidang Paripurna DPRD Lampung, Kamis (9/10/2025).
Menurut Angga, Fraksi Demokrat menilai ketiga Raperda tersebut memiliki implikasi strategis terhadap arah pembangunan daerah sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Lampung Tahun 2025–2029, terutama dalam hal penguatan ekonomi, tata kelola badan usaha milik daerah, dan pembangunan sumber daya manusia.
“Kami mengapresiasi langkah Pemprov Lampung yang proaktif dalam menyusun tiga Raperda ini. Namun, tetap diperlukan kehati-hatian agar kebijakan perubahan bentuk badan hukum maupun pencabutan regulasi tidak justru mengurangi fungsi pelayanan publik,” ujar Angga Wijaya dalam penyampaian pandangan umum Fraksi Demokrat.
Fraksi Demokrat menilai perubahan bentuk hukum BPD Lampung menjadi perseroan terbatas merupakan langkah positif untuk memperkuat sistem keuangan daerah dan meningkatkan daya saing.
Namun, Angga menegaskan agar Pemprov Lampung tetap mempertahankan kepemilikan saham minimal 51 persen guna menjaga kontrol strategis dan memastikan arah kebijakan bank tetap berpihak pada kepentingan publik.
“BPD Lampung jangan sampai bergeser menjadi lembaga yang hanya mengejar keuntungan. Fungsi sosialnya sebagai penopang UMKM dan ekonomi rakyat harus tetap dijaga,” tegasnya.
Fraksi Demokrat juga menekankan pentingnya transparansi dalam proses penilaian aset dan restrukturisasi yang harus diaudit secara independen guna mencegah potensi penyimpangan.
Terkait perubahan status badan hukum PD Wahana Raharja menjadi PT, Fraksi Demokrat memahami langkah ini sebagai bagian dari upaya meningkatkan efisiensi dan profesionalisme.
Namun, Angga mengingatkan agar perubahan bentuk badan hukum tersebut tidak menghilangkan misi pelayanan publik.
“Setiap perubahan bentuk badan hukum harus mematuhi ketentuan perundang-undangan dan menjunjung tinggi transparansi serta akuntabilitas. Jangan sampai terjadi tumpang tindih kegiatan usaha atau benturan kepentingan,” katanya.
Ia juga menekankan agar perubahan status PT Wahana Raharja memperhatikan dampak sosial dan ekonomi terhadap pekerja, mitra usaha, serta masyarakat sekitar.
“Prinsip keberlanjutan dan tanggung jawab sosial perusahaan harus menjadi bagian dari arah kebijakan baru perusahaan daerah,” tambahnya.
Kritisi Pencabutan Perda Wajib Belajar 12 Tahun
Fraksi Demokrat DPRD Lampung juga menyampaikan keprihatinan terhadap rencana pencabutan Perda Nomor 18 Tahun 2014 tentang Wajib Belajar 12 Tahun.
Menurut Angga, pendidikan adalah hak dasar warga negara yang tidak boleh dikurangi dalam bentuk apa pun.
“Perda ini merupakan wujud komitmen daerah terhadap pemerataan pendidikan. Kalau memang harus dicabut karena penyesuaian dengan kebijakan nasional, maka Pemprov wajib menyiapkan regulasi pengganti yang menjamin akses pendidikan tetap terjaga,” ujarnya.
Demokrat juga mendorong agar Pemprov Lampung menyiapkan rencana transisi dan kebijakan mitigasi agar tidak terjadi penurunan kualitas atau akses pendidikan bagi masyarakat kurang mampu.
Dalam pandangan umumnya, Fraksi Demokrat memberikan sejumlah rekomendasi strategis, antara lain:
Sinkronisasi seluruh Raperda dengan RPJMD 2025–2029 agar perubahan regulasi selaras dengan arah pembangunan daerah.
Menegaskan kepemilikan saham Pemprov minimal 51 persen di Bank Lampung dan memastikan audit independen terhadap pengelolaan BUMD.
Mendorong PT Wahana Raharja berperan aktif memperkuat ketahanan pangan dan kemitraan dengan petani serta pelaku UMKM.
Menjamin keberlanjutan kebijakan pendidikan menengah universal melalui regulasi daerah pengganti.
Mengakselerasi digitalisasi dan inovasi tata kelola BUMD sejalan dengan semangat Lampung Maju dan Modern.
“Fraksi Demokrat mendukung tiga Raperda prakarsa Pemprov Lampung, namun berharap pembahasannya dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan,” tutur Angga Wijaya.
Ia menegaskan, Fraksi Demokrat akan terus menjadi mitra kritis sekaligus konstruktif bagi Pemprov Lampung dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, dan berpihak kepada rakyat.
Adpun Tiga Raperda tersebut yakni:
1. Raperda tentang Perubahan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Hukum Perusahaan Daerah Bank Pembangunan Daerah (BPD) Lampung menjadi Perseroan Terbatas Bank Pembangunan Daerah Lampung;
2. Raperda tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Daerah Wahana Raharja menjadi Perseroan Terbatas Wahana Raharja;
3. Raperda tentang Pencabutan Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2014 tentang Wajib Belajar 12 Tahun.
(Tribunlampung.co.id/Riyo Pratama)
Fraksi PKB Dorong Reformasi Menyeluruh dalam Pengelolaan BUMD |
![]() |
---|
PTBA Raih Sertifikat Kepatuhan Persaingan Usaha dari KPPU, Komitmen Persaingan Sehat |
![]() |
---|
Kemenag Ingatkan Pengelola 1.331 Ponpes di Lampung Cek Bangunan Berkala |
![]() |
---|
6 Catatan Gubernur Lampung untuk Raperda Usul Inisiatif DPRD |
![]() |
---|
DPRD Lampung Lanjut Paripurna, Pemprov Setujui 6 Raperda Inisiatif DPRD |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.