Berita Lampung

Siswi SMP di Bandar Lampung Putus Sekolah karena Sering Di-Bully Teman: Saya Dikeluarin

Siswa SMP Negeri 13 Bandar Lampung, Gina Dwi Sartika harus putus sekolah karena sering dibully oleh teman sekolahnya

Penulis: Bayu Saputra | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id/Bayu Saputra
DIKELUARKAN DARI SEKOLAH - Gina Dwi Sartika dan ibunya Misna Megawati saat diwawancarai Tribun Lampung di rumahnya, Senin (20/10/2025). Gina mengaku dikeluarkan dari sekolah karena sering dibully teman.  

Tribunlampung.co.id, Bandar LampungSiswa SMP Negeri 13 Bandar Lampung, Gina Dwi Sartika (16) harus putus sekolah karena sering dibully oleh teman sekolahnya.

Gina Dwi Sartika saat diwawancarai Tribun Lampung di rumahnya di belakang SMKN 8 Bandar Lampung mengatakan, dirinya sering dibully oleh temannya sendiri. 

"Saya sering di-bully sama teman saya, mereka menghina orangtua saya pemulung, tukang rongsokan hingga akhirnya saya dikeluarin dari sekolah saat saya duduk dibangku kelas VIII," kata Gina, Senin (20/10/2025). 

Ia mengatakan, dirinya masih ingin bersekolah jika ada yang menyekolahkannya. 

Saat ini ia harus membantu orang tua mencari rongsokan demi menyambung hidup.

Ibu Gina, Misna Megawati (42) mengatakan, dirinya menyesalkan anaknya dikeluarkan dari sekolah.

"Saya tidak tega anak saya dihina dan dibully hingga akhirnya anak saya dipulangkan oleh gurunya kepada saya. Kata kepala sekolah tentang anak saya, daripada milih satu dan yang lainnya bubar akhirnya Gina dikeluarin," terang Misna. 

Ia mengatakan, dirinya sendiri yang membesarkan 6 orang anaknya dari hasil memulung botol bekas hingga kardus. 

Pihaknya menginginkan agar pemerintah memperhatikan sang anak agar bisa bersekolah lagi. 

"Jadi awalnya anak saya Gina ini ikut adik saya sejak usia 9 bulan dan diasuhnya, tetapi adik saya sudah meninggal dunia pada 2023 hingga akhirnya dia balik lagi ke saya," kata Misna. 

Dirinya seorang janda dan suami tidak mau mengurusi keluarganya.

Untuk sekadar mencari makan dirinya kesusahan, belum lagi harus membayar kontrakan sebulan Rp 300 ribu.

"Harapan saya kepada pemerintah agar membantu keluarga yang tidak punya apa-apa seperti saya," imbuhnya.

"Semoga anak saya bisa sekolah lagi dan anak bungsu saya umur 6 tahun yang mau sekolah SD agar dibuatkan akte kelahiran dan kartu keluarga. Kasian untuk anak bungsu saya mau sekolah tapi tidak bisa," ujarnya.

Dikatakannya, untuk membuat akte kelahiran harus ada buku nikah dan syarat lainya sementara dirinya tidak ada. 

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved