Wawancara Eksklusif

Pengelola Yayasan Fatimah Az Zahra Bandar Lampung Bicara soal GNN

GNN yang diluncurkan pemerintah bertujuan untuk meningkatkan skor PISA (Programme for International Student Assessment).

Penulis: Riyo Pratama | Editor: Daniel Tri Hardanto
Tribunlampung.co.id/Wahyu Iskandar
BAHAS GNN - Pengelola Yayasan Fatimah Az Zahra Bandar Lampung, Siti Fatimah Ramin, menjadi pembicara soal GNN dalam podcast di studio Tribun Lampung, Rabu (29/10/2025). 

Kalau berbicara upaya, ya tadi melalui GNN. Ini adalah langkah pemerintah pusat melalui pelatihan. Salah satu tujuan GNN adalah memperbaiki model pembelajaran.

Bagaimana sebaiknya model pembelajaran untuk matematika?

Tentu langkah awal adalah meningkatkan SDM, baik tenaga pendidik maupun anak didiknya. Model pembelajaran bisa dilakukan dengan cara project-based learning, play learning, dan delearning, agar pembelajaran matematika bisa diterima hingga ke akarnya.

Anak juga harus dibiasakan dengan angka bahkan dari kehidupan sehari-hari. Contoh kecil, dari handphone kita — bisa melatih dengan mengukur panjang, lebar, dan tinggi handphone, lalu menghitung berapa aplikasi di dalamnya. Banyak hal yang berkaitan dengan angka dalam keseharian.

Berbicara tentang kurikulum, apakah ada perbedaan atau adakah yang dianggap lebih bagus?

Semua bagus, baik Kurikulum 2013, Merdeka, ataupun lainnya. Saya meyakini perancang kurikulum sudah mengkajinya secara mendalam. Tinggal bagaimana kita menge-drive-nya dan harus bersama-sama menjalankannya.

Sekolah berarti berbicara tentang pendidik dan anak didik. Bagaimana sebaiknya agar mendapatkan pendidik yang berkualitas?

Sebelum ke situ, kita harus pahami bahwa kita ini manusia, dan pembelajaran terutama matematika adalah bagian dari kehidupan manusia.

Untuk mendapatkan guru yang berkualitas, orang tua bisa mengecek latar belakang sekolah dan gurunya, mulai dari riwayat pendidikan hingga pengalaman organisasi semasa kuliah. Ini harus benar-benar diperhatikan.

Kalau kami di Az Zahra, hal itu diperhatikan dan diseleksi betul saat menerima guru. Minimal ada 5 tahapan seleksi. Kami ingin memastikan tenaga pendidik adalah sosok yang layak dan mampu.

Setiap tahap itu harus diperjuangkan. Banyak yang gagal, tapi ini bagian terpenting bagi kami, karena kami diamanahi sekitar 1.400 - 1.500 siswa. Itu sebabnya kami sangat selektif menerima guru karena ini menjadi pintu gerbang utama.

Di Az Zahra, antara guru dengan guru, dan guru dengan murid, ada kedekatan informal. Kami wajib tahu karakter dan keseharian siswa.

Setiap anak itu unik: ada yang suka menyanyi, olahraga, atau bercerita. Karena itu, banyak pola yang kami lakukan agar setiap anak diberi wadah. Intinya, potensi anak kami bekali dan kami dukung.

Kami melakukan observasi sejak TK dan lebih spesifik lagi wawancara dengan orang tua. Kami bangun kedekatan dengan menanyakan hobi dan kebiasaan anak di rumah. Jadi cara mendidik anak kami lakukan melalui kolaborasi dengan orang tua.

Di Az Zahra, bagaimana penerapan model pembelajaran yang dilakukan, khususnya untuk matematika?

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved