Lifestyle

Gerakan Anggun dan Kostum Indah, Tari Tradisional Tarik Minat Anak Muda Bandar Lampung

Sukowati (25) mengatakan bahwa dirinya tertarik dengan tari tradisional sejak SD karena melihat gerakan yang anggun dan kostum yang indah.

Dokumentasi
PENARI TRADISIONAL - Sukowati (kiri), Yazita Ajeng Shilvia (tengah), Windy Wulansari (kanan). Tiga anak muda Bandar Lampung tertarik jadi penari tradisional.  

Ringkasan Berita:
  • Sukowati, Yazita Ajeng Shilvia, dan Windy Wulansari adalah tiga penari tradisional memiliki kesamaan dalam mencintai dan melestarikan tari tradisional.
  • Mereka telah mahir dalam menarikan berbagai tarian tradisional, termasuk tari Lampung, Jawa, dan modern dance, serta telah tampil di berbagai acara.
  • Tantangan terbesar dalam menari tradisional adalah menyesuaikan setiap gerakan dan ekspresi sesuai karakter masing-masing tarian.

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Tari rakyat atau tari tradisional yaitu tarian yang diciptakan oleh satu masyarakat di tempat yang berbeda-beda. 

Dalam pertunjukannya, setiap tarian juga memiliki ciri khas gerakan serta namanya sendiri sesuai dengan daerah asalnya.

Sukowati (25) mengatakan bahwa dirinya tertarik dengan tari tradisional sejak SD karena melihat gerakan yang anggun dan kostum yang indah.

“Awal ketertarikan saya muncul karena gerakan tari tradisional yang anggun dan kostum daerah yang indah. Namun seiring waktu, saya semakin jatuh cinta pada setiap gerakannya yang memiliki makna tersendiri,” ujarnya, Jumat (7/11/2025).

Saat ini dirinya sudah mahir memainkan tarian tradisional daerah Lampung, Jawa, Jawa Barat, Bali dan tari melayu secara otodidak.

Dari semua tarian yang pernah dirinya pelajari, tarian yang paling berkesan adalah tari tradisional Lampung. Sebab dirinya berasal dari Lampung dan pertama kali belajar menari adalah tarian Lampung. 

Dengan kemahirannya menari, membawanya tampil di berbagai acara seperti penyambutan tamu, pembukaan seminar, acara pernikahan, dan pentas seni di daerahnya. 

“Setiap kali tampil di atas pentas atau panggung rasanya seperti memiliki nyawa tersendiri. Setiap gerakan terasa hidup, dan ada rasa bangga sekaligus bahagia bisa memperlihatkan keindahan tari tradisional kepada banyak orang,” katanya.

Untuk tantangan terbesar selama menekuni tari tradisional menurutnya adalah menyesuaikan setiap gerakan dan ekspresi sesuai karakter masing-masing tarian, karena setiap daerah memiliki ciri khas yang berbeda. 

“Selain itu, menjaga kekompakan saat tampil bersama penari lain juga membutuhkan latihan dan disiplin tinggi. Tapi justru dari situ saya belajar tentang kesabaran, kerja sama, dan tanggung jawab dalam setiap penampilan,” tuturnya.

Yazita Ajeng Shilvia (25) mengatakan, dirinya mulai jatuh cinta terhadap tari tradisional sejak SMA, sejak ikut ekstrakulikuler tari dan setiap ada even di sekolah dirinya pasti diikut sertakan.

“Namun sebelum SMA, aku dari SMP sudah ikut sanggar tari di dekat rumah aku. Menurut aku tari merupakan sebuah seni yang tidak semua orang bisa dan penari itu menurutku keren deh,” terangnya.

Ia mengatakan yang memotivasi dirinya belajar menari yaitu dari hobinya dan menyukai make up yang dipakai oleh penari.

Saat ini tarian yang sudah mahir ia lakukan yaitu tari mulei siger, bakugha, kecak, bedana, mulei tanggai, sigeh pengunten. Semua itu dirinya pelajari saat ikut ekstrakulikuler di sekolah.

Dari semua tarian yang pernah dirinya pelajari, tarian yang paling berkesan baginya yaitu tari bekugha, sebab jumlah penari yang banyak dan membutuhkan efort lebih daripada tarian lainnya.

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved