Berita Terkini Nasional

Orangtua Santri Korban Tewas Ponpes Al Khoziny Ngaku Ikhlas, Yakini Anaknya Syahid

Orangtua santri korban tewas ambruknya musala Ponpes Al Khoziny mengaku ikhlas. Ia yakin anaknya mati syahid.

Editor: Kiki Novilia
Tribun Jatim Network/M Taufik
ORANGTUA IKHLAS - Bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, ambruk, Senin (29/9/2025) sore. Orangtua santri korban tewas ambruknya musala Ponpes Al Khoziny mengaku ikhlas. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Jatim - Orangtua santri korban tewas ambruknya musala Ponpes Al Khoziny mengaku ikhlas atas takdir yang menimpa anaknya. Ia pun meyakini anaknya mati syahid. 

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional yang sudah ada sejak lama di Indonesia. Pondok pesantren berfungsi tidak hanya sebagai tempat untuk menuntut ilmu agama, tetapi juga sebagai tempat pembinaan akhlak, kedisiplinan, dan kehidupan bermasyarakat. Adapun musala tiga lantai di area Pondok Pesantren Al-Khoziny runtuh pada 29 September 2025. Insiden ini terjadi ketika para santri sedang melakukan salat Asar berjamaah.

Sementara itu, syahid adalah orang yang meninggal dalam keadaan mulia karena berjuang atau berkorban di jalan Allah. Hal inilah yang diyakini oleh orangtua santri korban tewas. 

Hal ini terungkap saat iring-iringan mobil ambulan dan BPBD Bangkalan memasuki pekarangan Masjid Syaikhona Yahya, Kampung Karang Anyar, Desa Banyuajuh, Kecamatan Kamal, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Senin (6/10/2025) sekitar pukul 22.45 WIB.

Dari dalam ambulan, beberapa warga menurunkan satu peti jenazah bertuliskan, Moh Royhan Mustofa (17). Jasad anak pertama dari dua bersaudara ditemukan pada hari keenam proses evakuasi, Sabtu (4/10/2025) sekitar pukul 14.00 WIB. Mengetahui anaknya tutup usia, ayah korban mengaku ikhlas. 

“Saya ikhlas dengan setulus hati, itu bukan kehendak kiai, itu musibah dari Allah. Bagaimanapun saya ikhlas menerimanya, Insyaallah anak saya syahid,” ungkap ayah dari almarhum Royhan, Syukur di komplek pesarean umum selepas prosesi pemakaman, dikutip dari Tribunjatim, Selasa (7/10/2025).

Ia menjelaskan, proses identifikasi terhadap Royhan berjalan lancar karena terbantu sejumlah tanda pengenal pada tubuh, mulai dari jahitan luka, tanda lahir pada bagian leher, hingga ada tumbuh daging di bagian dada.

“Itu yang membuat proses identifikasi berjalan lancar sehingga tidak sampai tes DNA ke Jakarta karena tanda lahir terlalu banyak,” terang Syukur.

Di waktu yang bersamaan, personel BPBD Kabupaten Bangkalan juga memberikan pengawalan terhadap jenazah santri lain, yakni Sulaiman Hadi (15), beralamatkan Kampung Morleke, Desa Kolla, Kecamatan Modung.

Sekretaris BPBD Bangkalan, Catur Fajar A mengungkapkan, pihaknya ditugaskan untuk menerima dua korban dari Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo atas nama Moh Royhan Mustofa tujuan Kecamatan Kamal dan atas nama Sulaiman Hadi tujuan Desa Serabi Timur, Kecamatan Modung.

“Awalnya ke Desa Kolla, namun karena tidak ada orang maka dipindah ke Desa Serabi Timur,” ungkap Catur.

Royhan dan Sulaiman Hadi tergabung dalam keberhasilan identifikasi terhadap 8 kantong jenazah yang dilakukan Tim DVI Polda Jatim pada Senin malam. 

Terdiri dari 7 jenazah dan 1 body part. Selain dua jenazah dari Bangkalan, satu jenazah di antaranya teridentifikasi atas nama Ali Rahbini (19), warga Dusun Plasah, Desa Biren, Kecamatan Tambelangan, Kabupaten Sampang.  

“Ada tiga jenazah lagi yang ditemukan, tetapi kami masih menunggu proses dari DVI untuk menentukan DNA,” pungkas Catur.

Hingga Senin malam, total korban sebanyak 170 orang dengan rincian 104 orang korban selamat dan 66 orang korban meninggal dunia (termasuk 7 body part). Sementara di lokasi kejadian upaya pencarian terhadap para korban masih berlangsung hingga semua clear alias di lokasi sudah dipastikan tidak ada korban lagi. 

Berita selanjutnya Kaki Kanannya Diamputasi, Syaiful Tetap Ingin Kembali ke Ponpes Al Khoziny

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved