Berita Terkini Nasional
Alasan Pedagang Tarif Rp 16 Juta Makan Seafood di Labuan Bajo Sesuai Harga Ekspor
Alhasil buntut peristiwa tersebut pihak pelanggan kecewa lantaran merasa harga yang dipatok untuk makan seafood kemahalan.
Ringkasan Berita:
- Viral rombongan travel ditodong Rp 16 juta makan seafood di Kampung Ujung, Labuan Bajo.
- Atas viralnya kejadian tersebut pedagang ngotot tidak salah hitung meskipun dinilai mahal.
- Menurut pedagang bahan yang digunakan untuk menyajikan seafood sesuai harga ekspor.
- Alasannya sejak awal sudah diinformasikan terkait harga seafood ekspor.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, NTT - Pedagang kuliner di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur ( NTT) angkat bicara dituding telah menodong Rp 16 juta untuk makan seafood.
Alhasil buntut peristiwa tersebut pihak pelanggan kecewa lantaran merasa harga yang dipatok untuk makan seafood kemahalan.
Imbasnya makan seafood bayar Rp 16 juta di Labuan Bajo viral di media sosial sampai menuai sorotan publik.
Insiden makan seafood bayar Rp 16 juta itu dialami oleh rombongan travel di Labuan Bajo, NTT.
Alhasil rombongan travel ini pun syok setelah makan seafood di Kawasan Kuliner Kampung Ujung, Labuan Bajo harus rogoh kocek hingga belasan juta termasuk PPN.
Kampung Ujung adalah kawasan kuliner di tepi laut Labuan Bajo yang terkenal dengan sajian seafood segar yang langsung didapat dari laut Flores.
Selain menikmati hidangan laut, di Kampung Ujung dapat menikmati suasana di tepi pantai.
Kali ini wisata kuliner Kampung Ujung mendadak viral dengan pengalaman pelanggan yang merasa ditarif kemahalan untuk makan seafood.
Adapun pelanggan tersebut adalah rombongan travel yang merasa harga makan seafood Rp 16 juta terlalu mahal hingga merasa digetok harga.
Bahkan nota nya pun hanya ditulis tangan. Sementara pedagang sendiri ngotot tak salah menghitung seluruh jumlah pesanan yang dipesan rombongan tersebut.
Pedagang mengaku sudah memberitahu soal harga sejak awal.
Insiden rombongan wisata syok makan seafood habis Rp16 juta tersebut terjadi pada Minggu (26/10/2025) malam.
Kasus tersebut ramai diperbincangkan setelah Ketua Umum ASTINDO, Pauline Suharno, menyampaikan kekecewaannya.
Ia menuturkan, total tagihan yang diterima rombongan sebanyak 20–30 orang semula mencapai Rp16 juta termasuk PPN 10 persen.
“Kami minta dihitung ulang, dan akhirnya turun jadi Rp11 juta. Tapi tetap saja ini contoh yang tidak baik,” kata Pauline di Labuan Bajo, dikutip dari Tribun Jateng pada Sabtu (1/11/2025).
Pauline juga menyayangkan nota pembayaran yang hanya ditulis tangan, sehingga menimbulkan pertanyaan soal kejelasan pajak.
“Kami ini taat pajak, tapi mau tahu uang pajak itu benar-benar disetor atau tidak,” ujarnya.
Menurutnya, harga yang diberikan semestinya tidak disamakan antara wisatawan lokal dan mancanegara.
“Kami ini turis domestik, mestinya ada perlakuan berbeda,” tambahnya.
Ia juga menilai pihak pedagang seharusnya menginformasikan harga makanan sejak awal, sebelum menu disajikan.
Pauline menjelaskan total awalnya sebesar Rp14 juta, lalu ditambah pajak 10 persen, sehingga menjadi Rp16 juta.
Pedagang Bantah Keras
Pernyataan Pauline dibantah oleh pedagang berinisial Y, yang ditemui Kamis (30/10/2025) malam oleh Kompas.com.
Ia menegaskan kabar soal “getok harga” tidak benar.
“Tidak benar tuduhan itu. Semuanya sudah dijelaskan di awal,” kata Y.
Menurut Y, kejadian bermula ketika seorang pria datang sekitar pukul 18.00 WITA dan memesan makanan untuk 18 orang.
Saat itu, pelanggan diberi pilihan ikan lokal atau ikan ekspor yang harganya berbeda.
“Kepiting di akuarium harganya Rp350 ribu per kilogram karena ukurannya besar. Ikan ekspor Rp300 ribu per kilogram, dan lobster Rp700 ribu,” jelasnya.
Pembeli, kata Y, setuju dengan harga tersebut.
Bahkan saat rombongan tiba dan jumlah tamu bertambah jadi 26 orang, pesanan juga meningkat.
Termasuk tambahan lima kepiting, lima lobster, tiga cumi besar, serta berbagai menu ikan dan udang.
Saat tagihan disampaikan, sebagian anggota rombongan memprotes harga yang dianggap terlalu tinggi.
Namun, Y menegaskan semua harga telah diberitahukan di awal.
Ia bahkan meminta nelayan yang memasok ikan untuk menjelaskan langsung harga pasarannya.
"Nelayan membenarkan harga itu sesuai harga ekspor. Tapi ada yang malah marah dan bilang ikan di laut kan gratis,” tutur Y.
Ia menegaskan total tagihan sebenarnya Rp15,8 juta termasuk pajak, dan rombongan akhirnya membayar Rp14,3 juta setelah meminta potongan harga.
“Jadi bukan karena salah hitung, tapi karena mereka minta diskon,” katanya sambil menunjukkan bukti transfer.(*)
Berita Selanjutnya Ibu Menjerit Histeris Temukan Anak Perempuannya Tewas Diduga Dibunuh Suami
| Ibu Menjerit Histeris Temukan Anak Perempuannya Tewas Diduga Dibunuh Suami |
|
|---|
| Kejahatan Siber Semakin Canggih Terorganisir Lintas Negara, Online Scam hingga Pinjol |
|
|---|
| Nekat Lecehkan Wanita di Masjid, Pemuda Terancam Penjara 9 Tahun |
|
|---|
| Kenangan 18 Tahun Ikut Hancur Bersama Rumah Warseno, Buntut Istri Selingkuh |
|
|---|
| Pria Bunuh Mantan Istri Gegara Sakit Hati Diceraikan, Sempat Sembunyi di Bawah Kasur |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lampung/foto/bank/originals/Alasan-pedagang-tarif-Rp-16-juta-makan-seafood-Labuan-Bajo-sesuai-harga-ekspor.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.