Liputan Khusus Tribun Lampung
Kemacetan di Bandar Lampung Terancam Semakin Parah
Kemacetan di Bandar Lampung terancam semakin parah. Hal itu karena pertumbuhan volume kendaraan bermotor (ranmor) tak sebanding dengan
Penulis: Noval Andriansyah | Editor: Ridwan Hardiansyah
Sehingga, kepadatan lalu lintas tetap terjadi.
"Perbaikan sistem transportasi umum merupakan jalan yang bisa ditempuh untuk mengatasi persoalan itu. Masyarakat harus diajak untuk menggunakan transportasi umum," jelas Ilham.
Perbaikan sistem transportasi, menurut Ilham, pun tidak akan memengaruhi bisnis penjualan ranmor.
Sebab, hal tersebut sebenarnya tidak memiliki keterkaitan secara langsung.
"Orang yang memiliki mobil banyak belum tentu digunakan semua. Kalau punya tiga mobil, mungkin saja hanya satu yang dipakai, dua diparkir untuk dipakai bergantian. Jadi, bisa saja saat bekerja memakai transportasi umum, dan saat akhir pekan baru memakai mobil," ungkap Ilham.
Thano mengakui, solusi utama mengatasi kemacetan di Bandar Lampung, memang dengan memperbaiki sistem transportasi atau sistem angkutan umum massal (SAUM).
"Itu (perbaikan SAUM) perlahan kami mulai perbaiki. Karena, semuanya harus terintegrasi dan melalui tahapan-tahapan," ujar Thano.
Waktu Tempuh Dua Kali Lipat
Kemacetan di Bandar Lampung kekinian membuat warga banyak menghabiskan waktu di perjalanan.
Bahkan, durasi waktu tempuh mencapai dua kali lipat lebih lama.
Wakil Ketua DPRD Bandar Lampung, Hamrin Sugandi mengaku kini waktu perjalanannya lebih lama, saat berangkat dari rumahnya di Perumahan Korpri, Sukarame, menuju ke kantor DPRD Bandar Lampung di Jalan Basuki Rahmat, Telukbetung Utara.
Jika lima tahun lalu, jarak tersebut bisa ditempuh sekitar 15 menit-20 menit, kini Hamrin harus menghabiskan waktu sekitar 40 menit di perjalanan.
"Saat ini jadi lebih lama. Dulu tidak sampai setengah jam kalau ke kantor dari rumah," ucap Hamrin, yang telah menjadi anggota legislatif sejak 2009.
Menurut Hamrin, beberapa ruas jalan yang kerap ia lalui dari rumah ke kantor DPRD maupun sebaliknya, sebenarnya telah mengalami pelebaran jalan. Tetapi nyatanya, kepadatan lalu lintas tetap terjadi.
"Malah semakin ramai. Jalan Urip Sumoharjo dan Jalan Teuku Umar kan sudah dilebarkan, tetapi sering macet juga," terang Hamrin.
Hal serupa disampaikan pemilik Dween Shoes, Duhana Sari.
Setiap hari, ia butuh waktu paling cepat setengah jam dari rumahnya di Jalan Ryacudu (Jalur Dua Korpri), Sukarame, menuju ke kantornya di Tanjungkarang Pusat.
Padahal sebelumnya, perjalanan cuma memakan waktu belasan menit.
"Biasanya terkena macet di Jalan Sultan Agung depan Telkom, kadang di dekat Pasar Koga," terang Duhana.
Secara kasat mata, Duhana mengatakan, peningkatan volume kendaraan di Bandar Lampung terlihat dari kepadatan lalu lintas.
"Di Jalur Dua Korpri, lima tahun lalu masih sepi kendaraan apalagi kalau malam. Sekarang, aktivitas kendaraannya saat malam hampir gak berbeda seperti siang," papar Duhana.
Pantauan Tribun, kemacetan di Bandar Lampung kerap terjadi di beberapa ruas jalan pada pagi, siang, sore, bahkan malam.
Antrean kendaraan satu di antaranya terlihat di sebagian ruas Jalan Raden Intan, Jalan Kota Raja, hingga Jalan Teuku Umar.
Kemacetan lain kerap terlihat di sebagian ruas Jalan Wolter Monginsidi, Jalan Kartini, dan Jalan Pangeran Diponegoro.
Di Jalan Ahmad Yani dan Jalan Cut Nyak Dien, kemacetan juga kerap terjadi pada siang hari.
Sementara di Jalan Tamin, kemacetan yang terjadi pada sore hari bahkan bisa sepanjang jalan tersebut.
Hal itu umumnya terjadi di lajur jalan menuju simpang empat Tamin.
Di simpang empat Jalan Sultan Agung-Jalan Ki Maja, antrean akibat lalu lintas bisa mencapai seratus meter, dengan jumlah mobil yang mengantre sekitar 30 unit.
Sementara saat lampu hijau menyala, mobil yang dapat melaju melewati simpang empat hanya sekitar 10 unit.
Berita ini telah diterbitkan di Koran Tribun Lampung berjudul "Jl Imam Bonjol Paling Macet di Balam" pada Minggu, 15 Oktober 2017.