Pelaku dan Korban Pembunuhan di Lampung Ternyata Terlibat Asmara Sesama Jenis
Pelaku dan Korban Pembunuhan di Lampung Ternyata Terlibat Asmara Sesama Jenis
Penulis: Robertus Didik Budiawan Cahyono | Editor: taryono
Saat itu, Andi mengaku hendak pergi sebentar.
Informasi lainnya datang dari saksi yang meminjamkan linggis kepada Andi.
Menurut saksi tersebut, Andi mengembalikan linggis pada Kamis pagi.
"Satu saksi lagi adalah orang yang menerima gadaian sepeda motor dari Andi. Pada Kamis siang sebelum jasad korban ditemukan, Andi mengambil motor yang digadai dengan menebus Rp 5 juta," ungkap Kapolres Popon.
Ternyata, uang Rp 5 juta yang digunakan Andi untuk membayar gadaian motor itu merupakan uang dari yang dicuri dari Bustori.
Pengakuan Andi, ia mengambil uang total Rp 15 juta.
Sisa Rp 10 juta rupanya dibakar oleh Andi.
Ditembak
Polisi sempat meminta Andi menunjukkan lokasi pembakaran uang Rp 10 juta yang diambil dari rumah Bustori.
Namun, saat berada di tempat pembakaran uang tersebut, Andi berusaha berontak hingga borgol dari plastik ties terlepas.
"Tersangka lalu berupaya melarikan diri. Petugas kemudian memberikan tembakan peringatan, tapi tidak diindahkan. Petugas akhirnya memberikan tindakan tegas terukur (menembak Andi)," ujar Kapolres Popon.
Total empat peluru menembus kedua kaki Andi. Akibat luka tembak itu, Andi dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Pesawaran untuk mendapat penanganan medis.
Namun, saat hendak dibawa lagi ke Polres Pesawaran, darah masih mengalir dari luka tembak di kaki Andi.
Kemungkinan peluru telah menembus pembuluh darah besar pada kaki Andi hingga mengakibatkan pendarahan.
Polisi lalu membawanya ke RS Bhayangkara.
"Pukul 12.00 siang (Jumat) dibawa ke RS Bhayangkara untuk dilakukan penanganan di sana. Tapi sehabis (waktu) salat Jumat, tersangka meninggal dunia akibat kehabisan darah," kata Popon.
Setelah dilakukan visum et repertum, jasad Andi dikembalikan kepada keluarganya di Desa Cimanuk, Way Lima, Pesawaran, Jumat pukul 15.00 WIB.
Jasad Andi dimakamkan keluarganya pada pukul 18.45 WIB. (r didik budiawan)